1. Tafsir Tahlily
Tafsir Talily yaitu
mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dari segala segi dan maknanya. Seorang pengkaji
dengan metode ini menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, ayat demi ayat dan surat
demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushhaf Utsmany.Tafsir Tahlily
adalah metode yang dipergunakan oleh
kebanyakan ulama paeda masa-masa dahulu.[1]
Contoh-contoh Tafsir
Tahlily dan tokoh-tokohnya yang menggunakan Metode Tafsir tahlily:
a.
Jami’
al-Bayan ‘an Takwil ayi al-Qur’an (Himpunan Penjelasan tentang Takwil Ayat-ayat Al-Qur’an), 15 jilid
denganjumlah halaman sekitar 7125, karangan Ibn Jarir al-Thabari (w. 310 H/922 M).
b.
Tafsir
Al-Qur’an al-‘Azhim (Tafsir Al-Qur’an yang Agung), 4 jilid dengan sekitar 2414 halaman
(termasuk 58 halaman sisipan ilmu tafsir pada jilid terakhir), karya al-Hafizh
Imad al-Din Abi al-Fida’ Isma’il bin Katsir al-Quraisyi al-Dimasyqi (w. 774
H/1343 M).
c.
Tafsir
al-Samarqandi (Bahr
al-‘Ulum/Lautan Ilmu), 3 juz, buah pena Nasr bin Muhammad bin Ahmad Abu al-Laits
al-Samarqandi (w. 393 H/1002 M atau 376 H/986 M menurut riwayat lain) dengan
tebal halaman sebanyak 1891.
d.
Al-Durr
al-Ma’tsur fi al-Tafsir bi al-ma’tsur (Mutiara
kata Prosa dalam Tafsir bi al-Ma’tsur)
susunan Jalal al-Din al-Suyuthi (849-911 H/1445-1505 M), setebal 5600-6400
halaman dalam 18 jilid.
e.
Adhwa’
al-Bayan fi Idhah Al-Qur’an bi Al-Qur’an (cahaya Penerangan dalam Menjelaskan Al-Qur’an
dengan Al-Qur’an), disusun oleh Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar
al-Jakani al-Syanqithi dalam 10 jilid dengan 6771 halaman.
f.
Al-Katif wa al-Bayan ‘an Tafsir Al-Qur’an (Penyingkapan dan Penjelasan tentang Tafsir
Al-Qur’an), karangan Abi Ishaq.
g.
Al-Tafsir
Al-Qur’ani li Al-Qur’ani (Tafsir Al-Qur’an untuk Al-Qur’an), 16 jilid dengan tebal halaman lebih
kurang 1767, karangan Abd al-Karim al-Khatib.
h.
Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an (Neraca dalam
Menafsirkan Al-Qur’an), 21 jilid dan tiap-tiap jilid terdiri atas 330-an hingga
450-an halaman, karya al-‘Allamah al-Sayyid Muhammad Husayn al-Thabathaba’i
(1321-1402 H/1892-1891 M).
i.
Majma’
al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an (Himpunan Informasi dalam Menafsirkan Al-Qur’an), terdiri atas 5
jilid/10 juz dengan jumlah halaman sekitar 3575-3725, karangan Syekh Abu ‘Ali
al-Fadhl bin al-hasan al-Thabarsi, salah seorang ulama terbesar mazhab Syi’ah
al-Imamiyahpada abad ke-6 Hijriyah.[2]
2. Tasir Ijmaly
Tafsir Ijmaly yaitu
menafsirkan Al-Qur’an dengan secara singkat dan global, tanpa uraian panjang
lebar. Dengan metode ini, mufassir menjelaskan arti dan maksud ayat dengan
uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas artinya tanpa menyinggung hal-hal
selain arti yang dikehendaki.
Mufassir dengan metode
ini berbicara kepada pembaca dengan cara yang termudah dan menjelaskan arti
ayat, sehingga mudah bagi mereka untuk mengetahui kandungan arti Al-Qur’an,
yaitu nur dan petunjuk, dengan
tidak berbelit-belit dan tisdak jauh dari sasaran dan maksud Al-Qur’an.
Kadangkala mufassir
dengan metode ini menafsirkan Al-Qur’an dengan lafadh Al-Qur’an, sehingga
pembaca merasa bahwa uraian tafsirnya tidak jauh dari konteks Al-Qur’an dan
cara penyajiannya yang mudah dan indah.[3]
Beberapa contoh tafsir
Ijmaly dan tokoh-tokohnya:
a. Al-Tafsir
al-Farid li Al-Qur’an al-Majid (Tafsir yang
Tiada Taranya untuk Al-Qur’an yang Agung), 8 jilid dengan jumlah ;lebih-kurang
3377 halaman, hasil usaha Dr. nMuhammad ‘Abd al-Mun’im.
b. Marah
Labid al-Nawawi/al-Tafsir al-Munir li nMa’alim al-Tanzil
(Kegembiraan yang Melekat Tafsir al-N/Tafsir yang Bercahaya sebagai Petunjuk
Jalan Menuju Al-Qur’an), dua jilid, karangan al-‘Allamah al-Syekh Muhammad
Nawawi al-Jawi al-Bantani (1230-1314 H/1813-1879 M).
c. Kitab
al-Tashil li’Ulum al-Tanzil (Buku Mudah untuk
Ilmu-ilmu Al-Qur’an), 2 jilid dan 4 juz, masing-masing terdiri atas sekitar195
halaman hingga 228 halaman. Susunan Muhammad
bin Ahmad bin Juzzay al-Kalbi al-Gharnathi al-Andalusi (741-792
H/1340-1389 M).
d. Al-Tafsir
al-Wadhih (Tafsir yang Jelas), buah pena Dr.
Muhammad Mahmud Hijazi, setebal 3 jilid dengan dengan jumlah halamann hampir
3000.
e. Tafsir
Al-Qur’an al-Karim (Tafsir Al-Qur’an yang
Mulia), karangan Mahmud Muhammad Hadan ‘Ulwan dan Muhammad Ahmad Barmiq, 6
jilid dengan jumlah halaman kurang lebih 3744.
f. Al-Muharir al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-‘Aziz (Komentar
singkat dalam Menafsirkan al-Kitab yang Mulia), karya Abi Muhammad Abd al-Haqq
Athiyyah al-Gharnathi (481-541 H/1088-1146 M).
g. Fath
al-Bayan fi Maqashid Al-Qur’an (Menggali
Tujuan-tujuan Al-Qur’an), karangan Imam al-Mujtahid, Shiddiq Hasan Khan (lahir
1248) sekitar 4800 halaman.[4]
3. Tafsir al-Muqaran
Metode tafsir
al-Muqaran yaitu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara
mengambil sejumlah ayat Al-Qur’an,
kemudian mengemukkan penafsiran para ulama tafsir terhadap ayat-ayat itu, baik
mereka termasuk ulama salaf atau
ulama hadits yang metode dan kecenderungan mereka berbeda-beda, baik penafsiran
mereka berdasarkan riwayat yang bersumber dari Rasulullah SAW, para sahabat
atau tabi’in (ijtihad, tafsir bi al-Ra’yi), dan
mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi dan kecenderungan-kecenderungan
masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan Al-Qur’an.[5]
Beberapa contoh Tafsir
al-Muqaran dan tokoh-tokohnya:
a. Durrat
al-Tanzil wa Qurrat al-Takwil (Mutiara
Al-Qur’an dan Kesejukan al-Takwil), karya al-Khatib al-Iskafi (w. 420 H/1029
M).
b. Al-Burhan
ji Tawjih Mutasyabih Al-Qur’an (Bukti
Kebenaran dalam Pengarahan Ayat-ayat Mutasyabih Al-Qur’an), karangan Taj al-Qarra’ al-Kirmani (w.505
H/1111 M).[6]
4. Tafsir Mawdhu’i
Metode tafsir Maudhu’i
(Tematik) yaitu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara
menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang satu masalah/tema
(maudhu’i) serta mengaruh kepada satu pengertian dan satu tujuan,
sekalipun ayat-ayat itu (cara) turunnya berbeda, tersebar pada berbagai surat dalam Al-Qur’an
dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya.
Prinsip metode tafsir
Maudhu’i ini, sedapat mungkin, berupaya menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Hal yang paling baik. Ibn Katsir
di dalam kitab tafsirnya menegaskan: “Apabila seseorang menanyakan tentang
metode tafsir macam apa gerang yang paling baik? Maka jawabnya, metode yang
paling baik dan paling absah adalah menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an,
sebab sesuatu yang bersifat global din satu tempat sesungguhnya dijelaskan
secara panjang lebar dan terinci di tempat lain.[7]
Beberapa contoh Tafsir
Maudhu’i dan tokoh-tokohnya:
a. Al-Tibyan
fi Aqsam Al-Qur’an (Penjelasan tentang
Sumpah dalam Al-Qur’an ), karangan Ibn Qayyun al-Jawziyyah (691-751 H/1921-1350
M).
b. Al-Mar’ah
fi Al-Qur’an (Wanita dalam Al-Qur’an), karya
al-Ustadz Muhammad al-Aqqad.
c. Makanah
al-Mar’ah fi Al-Qur’an al-Karim wa al-sunnah al-Shahihah (Kedudukan
Wanita dalam Al-Qur’an al-Karim dan al-Sunnah al-Shahihah), buah pena Muhammad
Biltaji.
d. Ushul
al-Din wa Ushul al-Imam fi Al-Qur’an (Dasar-dasar
Agama dan Asas-asas keimanan dalam Al-Qur’an), karya Ayatullah al-Syekh
Muhammad al-Yazdi.
e. Al-Riba
fi Al-Qur’an (Riba dalam Al-Qur’an), karya Abu
al-A’la al-Maududi.
f. Ayat
al-Jihad fi Al-Qur’an al-Karim Dirasatan Maudhu’iyyatan wa Tarikhiyyatan wa
Bananiyyatan(Ayat-ayat Jihad dalam Al-Qur’an
al-Karim: Studi Tematik, Historis, dan Analitis), yang disusun oleh Dr. Kamil
Salamah al-Daqs.
Nahw Tafsir Maudhu’i li Suwar Al-Qur’an al-Karim (Sekitar Tafsir
Maudhu’i bagi Surat-surat Al-Qur’an al-Karim), karangan Muhammad al-Ghazali.[8]
[1]Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: CV PUSTAKA
SETIA, 2010), hal, 390.
[3]Ali Hasan Al-‘Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta
Utara: PT. Rajagrafindo, 1992), hal, 123.
[4]Muhammad Amin Suma,Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo, 2013), hal, 382.
[5]Muhammad Gufron, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Penerbit Teras,
2013), hal, 120.
[6]Muhammad Amin Suma, Ibid,.hal.385.
[7]Al-Hayy Al-Farmawi, Metode
Tafsir Maudhu’i, (Jakarta: PT. Rajagrafindo, 1994), hal, 134.
[8] Muhammad Amin Suma, Ibid,.hal.386.
No comments:
Post a Comment