Friday, May 20, 2016

METODE-METODE TAFSIR dan CONTOHNYA



  1.      Tafsir Tahlily
Tafsir Talily yaitu mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dari segala segi dan maknanya. Seorang pengkaji dengan metode ini menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushhaf Utsmany.Tafsir Tahlily adalah metode yang dipergunakan oleh  kebanyakan ulama paeda masa-masa dahulu.[1]
Contoh-contoh Tafsir Tahlily dan tokoh-tokohnya yang menggunakan Metode Tafsir tahlily:
a.    Jami’ al-Bayan ‘an Takwil ayi al-Qur’an (Himpunan Penjelasan tentang Takwil Ayat-ayat Al-Qur’an), 15 jilid denganjumlah halaman sekitar 7125, karangan Ibn Jarir al-Thabari  (w. 310 H/922 M).
b.    Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim (Tafsir Al-Qur’an yang Agung), 4 jilid dengan sekitar 2414 halaman (termasuk 58 halaman sisipan ilmu tafsir pada jilid terakhir), karya al-Hafizh Imad al-Din Abi al-Fida’ Isma’il bin Katsir al-Quraisyi al-Dimasyqi (w. 774 H/1343 M).
c.    Tafsir al-Samarqandi (Bahr al-‘Ulum/Lautan Ilmu), 3 juz, buah pena Nasr bin Muhammad bin Ahmad Abu al-Laits al-Samarqandi (w. 393 H/1002 M atau 376 H/986 M menurut riwayat lain) dengan tebal halaman sebanyak 1891.
d.   Al-Durr al-Ma’tsur fi al-Tafsir bi al-ma’tsur  (Mutiara kata Prosa dalam Tafsir  bi al-Ma’tsur) susunan Jalal al-Din al-Suyuthi (849-911 H/1445-1505 M), setebal 5600-6400 halaman dalam 18 jilid.
e.    Adhwa’ al-Bayan fi Idhah Al-Qur’an bi Al-Qur’an (cahaya Penerangan dalam Menjelaskan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an), disusun oleh Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar al-Jakani al-Syanqithi dalam 10 jilid dengan 6771 halaman.
f.     Al-Katif  wa al-Bayan ‘an Tafsir Al-Qur’an (Penyingkapan dan Penjelasan tentang Tafsir Al-Qur’an), karangan Abi Ishaq.
g.    Al-Tafsir Al-Qur’ani li Al-Qur’ani (Tafsir Al-Qur’an untuk Al-Qur’an), 16 jilid dengan tebal halaman lebih kurang 1767, karangan Abd al-Karim al-Khatib.
h.    Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an (Neraca dalam Menafsirkan Al-Qur’an), 21 jilid dan tiap-tiap jilid terdiri atas 330-an hingga 450-an halaman, karya al-‘Allamah al-Sayyid Muhammad Husayn al-Thabathaba’i (1321-1402 H/1892-1891 M).
i.      Majma’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an (Himpunan Informasi dalam Menafsirkan Al-Qur’an), terdiri atas 5 jilid/10 juz dengan jumlah halaman sekitar 3575-3725, karangan Syekh Abu ‘Ali al-Fadhl bin al-hasan al-Thabarsi, salah seorang ulama terbesar mazhab Syi’ah al-Imamiyahpada abad ke-6 Hijriyah.[2]   
  2.      Tasir Ijmaly
Tafsir Ijmaly yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan secara singkat dan global, tanpa uraian panjang lebar. Dengan metode ini, mufassir menjelaskan arti dan maksud ayat dengan uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas artinya tanpa menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki.
Mufassir dengan metode ini berbicara kepada pembaca dengan cara yang termudah dan menjelaskan arti ayat, sehingga mudah bagi mereka untuk mengetahui kandungan arti Al-Qur’an, yaitu nur dan petunjuk,  dengan tidak berbelit-belit dan tisdak jauh dari sasaran dan maksud Al-Qur’an.
Kadangkala mufassir dengan metode ini menafsirkan Al-Qur’an dengan lafadh Al-Qur’an, sehingga pembaca merasa bahwa uraian tafsirnya tidak jauh dari konteks Al-Qur’an dan cara penyajiannya yang mudah dan indah.[3]
Beberapa contoh tafsir Ijmaly dan tokoh-tokohnya:
a.    Al-Tafsir al-Farid li Al-Qur’an al-Majid (Tafsir yang Tiada Taranya untuk Al-Qur’an yang Agung), 8 jilid dengan jumlah ;lebih-kurang 3377 halaman, hasil usaha Dr. nMuhammad ‘Abd al-Mun’im.
b.    Marah Labid al-Nawawi/al-Tafsir al-Munir li nMa’alim al-Tanzil (Kegembiraan yang Melekat Tafsir al-N/Tafsir yang Bercahaya sebagai Petunjuk Jalan Menuju Al-Qur’an), dua jilid, karangan al-‘Allamah al-Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani (1230-1314 H/1813-1879 M).
c.    Kitab al-Tashil li’Ulum al-Tanzil (Buku Mudah untuk Ilmu-ilmu Al-Qur’an), 2 jilid dan 4 juz, masing-masing terdiri atas sekitar195 halaman hingga 228 halaman. Susunan Muhammad  bin Ahmad bin Juzzay al-Kalbi al-Gharnathi al-Andalusi (741-792 H/1340-1389 M).
d.   Al-Tafsir al-Wadhih (Tafsir yang Jelas), buah pena Dr. Muhammad Mahmud Hijazi, setebal 3 jilid dengan dengan jumlah halamann hampir 3000.
e.    Tafsir Al-Qur’an al-Karim (Tafsir Al-Qur’an yang Mulia), karangan Mahmud Muhammad Hadan ‘Ulwan dan Muhammad Ahmad Barmiq, 6 jilid dengan jumlah halaman kurang lebih 3744.
f.     Al-Muharir  al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-‘Aziz (Komentar singkat dalam Menafsirkan al-Kitab yang Mulia), karya Abi Muhammad Abd al-Haqq Athiyyah al-Gharnathi (481-541 H/1088-1146 M).
g.    Fath al-Bayan fi Maqashid Al-Qur’an (Menggali Tujuan-tujuan Al-Qur’an), karangan Imam al-Mujtahid, Shiddiq Hasan Khan (lahir 1248) sekitar 4800 halaman.[4]
  3.      Tafsir al-Muqaran
Metode tafsir al-Muqaran yaitu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara mengambil  sejumlah ayat Al-Qur’an, kemudian mengemukkan penafsiran para ulama tafsir terhadap ayat-ayat itu, baik mereka termasuk ulama salaf  atau ulama hadits yang metode dan kecenderungan mereka berbeda-beda, baik penafsiran mereka berdasarkan riwayat yang bersumber dari Rasulullah SAW, para sahabat atau tabi’in (ijtihad, tafsir bi al-Ra’yi), dan mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi dan kecenderungan-kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan Al-Qur’an.[5]
Beberapa contoh Tafsir al-Muqaran dan tokoh-tokohnya:
a.    Durrat al-Tanzil wa Qurrat al-Takwil (Mutiara Al-Qur’an dan Kesejukan al-Takwil), karya al-Khatib al-Iskafi (w. 420 H/1029 M).
b.    Al-Burhan ji Tawjih Mutasyabih Al-Qur’an (Bukti Kebenaran dalam Pengarahan Ayat-ayat Mutasyabih Al-Qur’an),  karangan Taj al-Qarra’ al-Kirmani (w.505 H/1111 M).[6]
  4.      Tafsir Mawdhu’i
Metode tafsir Maudhu’i (Tematik) yaitu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang satu masalah/tema (maudhu’i) serta mengaruh kepada satu pengertian dan satu tujuan, sekalipun ayat-ayat itu (cara) turunnya berbeda,  tersebar pada berbagai surat dalam Al-Qur’an dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya.
Prinsip metode tafsir Maudhu’i ini, sedapat mungkin, berupaya menafsirkan Al-Qur’an dengan  Al-Qur’an. Hal yang paling baik. Ibn Katsir di dalam kitab tafsirnya menegaskan: “Apabila seseorang menanyakan tentang metode tafsir macam apa gerang yang paling baik? Maka jawabnya, metode yang paling baik dan paling absah adalah menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, sebab sesuatu yang bersifat global din satu tempat sesungguhnya dijelaskan secara panjang lebar dan terinci di tempat lain.[7]
Beberapa contoh Tafsir Maudhu’i dan tokoh-tokohnya:
a.    Al-Tibyan fi Aqsam Al-Qur’an (Penjelasan tentang Sumpah dalam Al-Qur’an ), karangan Ibn Qayyun al-Jawziyyah (691-751 H/1921-1350 M).
b.    Al-Mar’ah fi Al-Qur’an (Wanita dalam Al-Qur’an), karya al-Ustadz Muhammad al-Aqqad.
c.    Makanah al-Mar’ah fi Al-Qur’an al-Karim wa al-sunnah al-Shahihah (Kedudukan Wanita dalam Al-Qur’an al-Karim dan al-Sunnah al-Shahihah), buah pena Muhammad Biltaji.
d.   Ushul al-Din wa Ushul al-Imam fi Al-Qur’an (Dasar-dasar Agama dan Asas-asas keimanan dalam Al-Qur’an), karya Ayatullah al-Syekh Muhammad al-Yazdi.
e.    Al-Riba fi Al-Qur’an (Riba dalam Al-Qur’an), karya Abu al-A’la al-Maududi.
f.     Ayat al-Jihad fi Al-Qur’an al-Karim Dirasatan Maudhu’iyyatan wa Tarikhiyyatan wa Bananiyyatan(Ayat-ayat Jihad dalam Al-Qur’an al-Karim: Studi Tematik, Historis, dan Analitis), yang disusun oleh Dr. Kamil Salamah al-Daqs.
Nahw Tafsir Maudhu’i li Suwar Al-Qur’an al-Karim (Sekitar Tafsir Maudhu’i bagi Surat-surat Al-Qur’an al-Karim), karangan Muhammad al-Ghazali.[8]


[1]Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2010), hal, 390.
[2]Ibid,.hal,.394.
[3]Ali Hasan Al-‘Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta Utara: PT. Rajagrafindo, 1992), hal, 123.
[4]Muhammad Amin Suma,Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2013), hal, 382.
[5]Muhammad Gufron, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2013), hal, 120.
[6]Muhammad Amin Suma, Ibid,.hal.385.
[7]Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i, (Jakarta: PT. Rajagrafindo, 1994), hal, 134.
[8] Muhammad Amin Suma, Ibid,.hal.386.

No comments:

Post a Comment