Monday, March 4, 2019

Tafsir Ayat Sains tentang Angin


A.    Pengertian
Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara(tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah kesuhu udara yang tinggi.[1]
Angin adalah sejumlah udara yang bergerak dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan rendah yang disebabkan oleh perbedaan suhu, sinar matahari yang tidak merata, serta perbedaan sifat panas dari permukaan daratan dan lautan. Angin memiliki variasi dalam arah, kecepatan, kekuatan dan pengaruhnya.[2]
Kata reeh atau riyah (angin) disebut 14 kali dalam 14 bab pada Al-Quran. Beberapa darinya mengabarkan angin menjadi rahmat untuk manusia dan pembawa kabar gembira, yakni berupa hujan yang menghidupkan bumi dan mendukung pertumbuhan makhluk hidup. Namun, beberapa dikirim untuk menghancurkan orang-orang yang sombong dan menentang Allah kemudian memusnahkan mereka.[3]
Angin adalah salah satu tanda kekuasaan Allah. Sepantasnya seorang mukmin mengambil pelajaran dengan keberadaan angin. Dengan angin, seorang hamba mengetahui betapa agungnya Allah, zat yang mengatur angin. Dalam angin terdapat pelajaran dan nasihat yang sangat berharga serta tanda kekuasaan yang menunjukkan keagungan dan kesempurnaan sang pencipta.[4]
Diaturnya angin oleh Allah adalah sebuah nikmat yang sangat besar bagi manusia. Seandainya angin itu tidak diatur oleh Allah tentu tidak akan ada kehidupan bagi manusia. Dunia hewan dan tumbuh-tumbuhan pun akan kacau balau. Makanan akan rusak dan busuklah seluruh penjuru bumi.[5]

B.     Surah Al-Hijr Ayat 22
22. Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (awan, tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.
1.      Penjelasan Mufrodat
Kata (لواقح) lawaaqih adalah bentuk jamak dari kata (لاقح) laaqih yaitu unutk betina yang menampung (لقاح) liqaah. Kata liqaah berarti air/sperma atau benih kelahiran anak yang dikandung jantan, baik binatang, tumbuhan, atau manusia. Ini mengantar betina yang menampungnya melahirkan anak. Boleh jadi, juga kata (لواقح) lawaaqih merupakan bentuk jamak dari kata (ملقح) mulqih, yakni jantan yang membuahi betina.[6]
2.      Tafsir Ayat
Menurut Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam kitab tafsirnya, dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan, angin mengawinkan mendung, lalu mendung menurunkan air dengan deras dan angin mengawinkan pohon, lalu daun dan kelopak bunga terbuka. Angin bagaikan pejantan bagi mendung dan pohon. Dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kalian dengan air itu, Kami turunkan dari mendung air yang tawar dan Kami menjadikannya sebagai minuman kalian dan minuman bumi serta ternak kalian. Dan sekali-kali bukanlah kalian yang menyimpannya, kalian tidak mampu menyimpannya, Kami-lah yang mampu menyimpannya untuk kalian dalam mata air, sumur dan sungai. Seandainya Kami mau, tentu Kami menjadikannya meresap ke dalam bumi, sehingga kalian hancur karena dahaga.[7]
Menurut Prof. Quraish Shihab, ayat ini menyatakan bahwa Allah SWT meniupkan angin untuk mengawinkan butir-butir awan, maka dari hasil perkawinan itu, Allah SWT menurunkan hujan, dengan demikian manusia dapat minum. Sekali-kali bukanlah manusia yang menjadi penyimpan-penyimpannya, yakni kekuasaan menciptakan air hujan, mengelola turunnya serta kadar air yang turun bukanlah berada dalam wewenang manusia. Kekuasaan Allah yang disebut di atas membuktikan bahwa Allah benar-benar yang menghidupkan makhluk dan mematikan mereka, dan Allah juga yang mewarisi segala apa yang ditinggalkan oleh makhluk-makhluk yang pernah hidup.[8]
Menurut Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan As-Suyuthi,  dan Kami telah meniupkan angin untuk mengumpulkan awan, menggiring mendung sehingga terkumpul lalu penuh dengan air, lalu Kami turunkan dari langit, dari mendung itu, air, air hujan, kemudian Kami beri minum kalian dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kalian yang menyimpannya, artinya, bukanlah kalian yang menyimpannya dengan upaya tangan kalian.[9]
C.    Surah Al-Furqan Ayat 48 
48. Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih.
1.      Tafsir Ayat
Menurut Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam kitab tafsirnya, Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), Allah melepaskan angin untuk memberi kabar gembira yaitu turunnya hujan, dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, Kami turunkan air yang suci mensucikan untuk kalian minum dan kalian gunakan bersuci dari awan yang dikumpulkan oleh angin.[10]
Menurut Imam Asy-Syaukani, dan Kami turunkan dari air langit yang amat bersih, maksudnya adalah dapat digunakan untuk bersuci, sebagaimana wadhu, sebagai sebutan untuk air yang digunakan untuk wudhu.[11]
Menurut Prof. Quraish Shihab, Dia, yakni Tuhanmulah, yang mengirim angin, guna menggiring awan, sebagai pembawa kabar gembira sebelum, kedatangan, rahmat-Nya, yakni sebelum turunnya hujan, dan Kami turunkan dari langit, yakni dari udara, air yang sangat suci, yakni amat bersih dan dapat digunakan untuk menyucikan.[12]
Menurut Prof. Quraish Shihab, ayat ini  menyatakan bahwa hanya Dia, bukan selain-Nya, yang mengirim angin, guna menggiring awan sebagai pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya, yakni sebelum datangnya hujan. Dan sambil menunjuk diri-Nya dengan kata Kami, ayat ini melanjutkan bahwa, Kami turunkan dari langit, yakni dari udara, air yang amat sangat bersih dan dapat digunakan untuk menyucikan diri.[13]
D.    Pokok Kandungan Ayat (Angin ditinjau menurut Sains modern)
Para ilmuan memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang angin dalam kehidupan alam semesta. Dan pendapat tersebut antara lain:
Pertama, J. Yannev Ewusie menyatakan beberapa peran dan manfaat angin khususnya dalam ekologi tropik. Menurut J. Yannev Ewusie komunitas tropika yang berpengaruh terhadap struktur dan species komunitas tropika itu sendiri. Misalnya angin kering yang berada dibeberapa bagian daerah tropika dan salah satunya yaitu wilayah afrika barat.[14]
J. Yannev Ewusie juga berpendapat bahwa kekayaan akan species pada beberapa bagian habitat mungkin disebabkan arah tiupan angin atau arah arus air.
Kedua, Ir. Usman dan Ir.Warkoyo menyatakan bahwa angin merupakan gerak massa udara relative terhadap permukaan bumi pada arah horizontal dari daerah bertekanan udara tinggi kedaerah bertekanan udara rendah. Menurut Sanjaya  dalam kondisi tertentu angin tidak memberikan akibat langsung pada pertumbuhan dan perkembangan serangga. Baru pada kondisi angin yang kencang dapat berpengaruh pada proses penguapan dan keadaan kelembaban udara secara tidak langsung memberi akibat keseimbangan suhu tubuh maupun kadar air tubuh serangga. Pengaruh angin yang paling penting adalah mempengaruhi pemencaran dan aktivitas serangga, terutama serangga yang bertubuh kecil seperti kutu daun.[15]
Pendapat Drs. Sumarito,Dipl.Ed dan Dra. Yundaru Nurantini Dua ilmuan ini berpendapat bahwa angin merupakan salah satu factor perantara dalam reproduksi generatif pada tumbuhan. Proses reproduksi generatif pada tumbuhan dengan angin sebagai perantaranya disebut sebagai persarian Anemogami. Disamping itu juga angin mempengaruhi proses transpirasi pada tumbuhan, proses ini dapat melalui kutikula daun, sub stomata, dan inti sel pada batang.[16]
Deskripsi Aritoteles tentang awan dan hujan yang dipengaruhi oleh angin Aritoteles dengan buku ketiganya yang berjudul Meteorological Obsevation telah mendeskripsikan lapisan udara bahwa ia adalah kawasan bersama api, udara dan matahari adalah factor pokok dan pertama bagi terjadinya awan, karena proses penguapan (Veperization) dan pengembunan (kondensasi)merupakan akibat dari dekat atau jauhnya matahari dari bumi, inilah yang menyebabkan terjadinya awan. Lebih lanjut Aritoteles menerangkan proses turunnya hujan. Hujan disebabkan perginya udara panas dari udara yang naik ketempat yang lebih tinggi, maka menjadi dinginlah uap air. Karena panasnya sudah pergi dan panasnya menjadi dingin maka meneballah uap air kemudian menjadi air yang jatuh diatas permukaan bumi, dan proses tersebut berputar mengikuti perjalanan matahari, ketika matahari berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain (dari utara ke selatan menurut garis edarnya), maka kadar basah (wetness) udara bertambah atau berkurang dan titik air tersebut besar, maka dinamakan hujan.[17]
Angin memiliki peran yang penting dalam proses transfer serbuk sari pada tumbuhan yang tidak memiliki wangi, nektar, atau mahkota berwarna-warni yang menarik serangga. Angin akan membantu menyebarkan serbuk sari ke tampat-tempat yang jauh. Contohnya, serbuk sari dari pohon yang secara alami dilengkapi kantong udara dapat ditransfer sejauh 800 km (meskipun butir polern tersebut dapat kehilangan viabilitasnya) sebelum mencapai struktur betina tumbuhan dan menyempurnakan penyerbukan angin adalah pinus, jelatang, poplar, dan hazelnut.[18]
New British Encyclopedia menyebutkan bahwa bunga-bunga pada tanaman yang diserbuki dengan angin memiliki posisi yang tinggi pada tanaman tersebut. ia juga dapat bergerak dengan muda saat tertiup angin, sehingga serbuk sarinya dapat tersebar. Atau, kantong serbuk sarinya dapat pecah saat terkena sinar matahari sehingga serbuk sarinya tersebar ke udara.[19]
Dari pandangan di atas menurut hemat penulis, sementara ini sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Quran terkait dengan adanya proses pengawinan tumbuhan melalui angin.
Ayat-ayat Al-Quran tersebut juga secara rinci menjelaskan mengenal pembentukan awan tertentu sehingga hujan dapat terjadi. Dalam ayat ini ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Pada waktu-waktu sebelumnya hingga awal abad ke-20, satu-satunya hubungan yang diketahui antara angin dan hujan, yaitu angin yang menggerakkan awan. Namun, peran mengawinkan dari angin dalam pembentukan hujan kini telah ditunjukan oleh penemuan ilmu meteorologi modern.[20]
Gelembung udara yang sangat banyak jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih di atas permukaan laut dan samudera. Ribuan partikel kecil kemudian terlempar ke udara ketika gelembung-gelembung ini pecah. Partikel-pertikel kecil ini dikenal sebagai aerosol. Aerosol ini kemudian bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin dan terbawa ke lapisan atas atmosfer. Kemudian angin membawa partikel-pertikel ini lebih tinggi dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air kemudian mengembun di sekitar partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul membentuk awan, kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.[21]
Kita dapat melihat dari penjabaran di atas bahwa angin mengawinkan uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang di bawanya dari laut yang disebut aerosol. Akhirnya angin yang membawa aerosol membantu pembentukan awan hujan. Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk dan hujan pun tidak akan pernah terjadi.[22]
Dari pandangan di atas menurut hemat penulis, sementara ini sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Quran terkait dengan adanya proses pengawinan awan melalui angin yang menimbulkan terjadinya hujan. Dan ini dalam kajian surah Al-Furqan ayat 48 dinyatakan sebagai sebuah kabar gembira, yakni dengan diturunkannya hujan melalui proses perkawinan angin yang membentuk awan hujan.
E.     Hadits Terkait dan Pendapat Para Mufassir
Imam Syafi’i mengatakan “Orang yang tidak aku sangsikan pernah menyampaikan hadits kepadaku, katanya, Shafwan bin Sulaim pernah memberi tahu kami, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jangan mencaci angin dan berlindunglah kepada Allah dari keburukannya.[23]
Imam Syafi’i berkata, “Tidak sepantasnya seseorang mencaci angin, karena angin merupakan makhluk Allah yang taat sekaligus sebagai salah satu bala tentara-Nya yang bisa Dia jadikan sebagai Rahmat atau petaka, kapan saja Dia kehendaki.[24]
Orang yang terpercaya pernah menyampaikan hadits kepada kami, dari Az-Zuhri, dari Tsabit bin Qais, dari Abu Hurairah dia bercerita, “Di jalan menuju Mekah, angin pernah menerpa orang-orang, sementara Umar sedang menunaikan haji. Lantas angin itu semakin bertambah kencang. Umar pun bertanya kepada orang-orang disekitarnya, “Apa yang diberitahukan kepada kalian tentang angin?” namun, mereka tidak menjawab apa-apa. Lalu aku diberitahu mengenai kejadian itu oleh orang yang ditanya oleh Umar perihal angin. Akupun mengacu kendaraan ku sampai akhirnya sampai akhirnya laku menjumpai Umar. Pada saat itu aku berada dibelakang orang-orang. Akupun berseru, “Wahai Amirul Mu’minin, aku diberitahu kalau engkau bertanya tentang angin, karena aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
الرِّيْحُ مِنْ رُوْحِ اللهِ تَأْتِيْ بِاالرَّحْمَةِ وَتَأْتِيْ العَذَابَ, فَلَا تَسُبُّوْهَا وَاسْأَلُوْا الله مِنْ خَيْرِهَا وَعُوْذُوْابِااللهِ مِنْ شَرِّهَا
Artinya:
Angin itu termasuk salah satu Ruh Allah. Dia bisa datang dengan membawa Rahmat dan bisa juga membawa Azab. Oleh karena itu, janganlah kalian mencacinya, dan mohonlah kebaikannya kepada Allah, dan berlindunglah kepada Allah dari keburukannya.[25]

اللهُمَّ اجْعَلَهَا رَحْمَةً وَلاَ تَجْعَلْهَا عَذَابًا, اللهُمَّ اجْعَلْهَا رِيَاحًا وَلَا تَجْعَلْهَا رِيْحًا
Artinya:
Ya Allah, jadikanlah angin ini sebagai rahmat dan jangan jadikan ia sebagai azab. Ya Allah, jadikanlah angin ini sebagai angin yang menyejukkan dan jangan jadikan sebagai angin yang buruk.[26]
F.     Manfaat Angin
1.      Manfaat (udara) Angin
Angin mempunyai peran yang penting dalam proses terjadinya hujan. Al-Quran menyebutkan bahwa angin membawa awan dan mengumpulkannya secara bertindih-tindih. Dan apa yang disebutkan Al-Quran itu sesuai dengan ilmu pengetahuan. Berikut beberapa ayat Al-Quran yang menerangkan peranan angin terhadap terjadinya hujan.[27]
a.       Mengawinkan Tumbuhan
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”(Al-Hijr:22).
Angin dapat membantu mengawinkan tumbuhan dengan cara penyerbukan. Misalnya pada tumbuhan bunga sepatu, bila ada angin maka benang sari akan terbang dan ada juga yang jatuh di kepala putik dan setelah itu terjadilah pembuahan dan terbentuklah bakal biji yang kemudian akan menjadi individu atau tumbuhan baru.[28]
  1. Menggerakkan Awan Sehingga Menjadi Hujan
Angin adalah salah satu penyebab dari hujan karena anginlah yang membawa awan kemudian awan-awan tersebut berkumpul dan terjadilah hujan.
Dalam beberapa ayat Al Qur’an disebutkan sifat angin yang mengawinkan dan terbentuknya hujan karenanya, yaitu :[29]
Al-Hijr:22
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”(Al-Hijr:22).
Dalam ayat ini ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke 20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang diketahui hanyalah bahwa angin yang menggerakkan awan.[30]
Al-A’raaf 7 : 57
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran”.
 “Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daearah itu, Kami keluarkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan.”
                Artinya, Kami giring awan itu untuk menghidupkan tanah yang tandus, yang tidak ada tanaman ada tanaman dan pepohonannya, lalu Kami turunkan hujan di tempat itu, sehingga berbagai macam buah-buahan tumbuh di sana.[31]
“Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kalian mengambil pelajaran.”
            Artinya, sebagaimana Kami telah menghidupkan tanah yang mati dan tandus dengan air hujan, maka begitu pula Kami menghidupkan kembali orang yang sudah mati dari kuburnya. Kami keluarkan mereka menjadi hidup kembali sebagaimana tanaman yang tumbuh kembali. Hal ini dimaksudkan agar kalian mengingat kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya. Lalu kalian mengesakan dan bersyukur kepada-Nya tas segala nikmat dan karunia-Nya.[32]
Di dalam Al-Qur’an banyak disebutkan perumpamaan tentang dihidupkannya orang mati,  dengan bumi yang kering dan gersang, yang menjadi subur dan hidup setelah terkena air hujan, sebagaimana firman-Nya.[33]
“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau Lihat bumi kering dan gersang, Maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Fushshilat: 39).
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ar-Rum: 50).
Kemudian rentenan ayat-ayat ini diakhiri dengan satu permisalan yang sangat apik tentang orang Mukmin dan kafir, yang keduanya dimisalkan dengan tanah yang subur, yang menumbuhkan tanaman yang rindang lagi menghijau, dan tanah tandus yang tidak memberi manfaat apa pun.[34]
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”(Al-A’raf:58)
Dengan kata lain, tanah yang baik dan subur akan ditumbuhi tanaman yang baik dan subur. Banyak manfaatnya dan juga ditanamami buah-buahan dengan seizin Allah SWT dan kemudahan yang diberikan-Nya. Sementara suatu daerah yang tanamannya buruk dan tandus, yang dipenuhi bebatuan yang licin, tidak akan menumbuhkan tanaman yang kecuali hanya sedikit dan tak ada artinya apa-apa serta sulit digarap. Karena itu merupakan tanh yang memang tidak layak ditanami.[35]
Yang demikian itu merupakan perumpamaan bagi orang Mukmin dan Kafir. Orang Mukmin seperti tanah yang subur, sedangkan orang kafir seperti tanah ynag tandus dan gersang. Yang keras tanahnya, tidak layak ditanami yang hanya sesuai dijadikan tempat persembunyian jenis serangga. Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, “ Ini merupakan perumpamaan yang dibuat Allah bagi orang Mukmin dan kafir. Orang Mukmin adalah sosok yang bagus dan amalnya bagus. Seperti tanah yang bagus dan buah-buahannya pun bagus pula. Adapun orang kafir merupakan sosok yang buruk dan amalnya buruk pula, seperti tanah yang tandus, tidak memberi manfaat apa pun”.[36]
Al-Furqaan 25 : 48
“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang Amat bersih,”
An Naml 27 : 63
“Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di dataran dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya)”.
Ar Ruum 30 : 46
“Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahn kamu bersyukur”.
c.       Prasana Transportasi
“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan Kami dari bahaya ini, pastilah Kami akan Termasuk orang-orang yang bersyukur".(QS.Yunus : 22).
Sudah sejak lama manusia memanfaatkan angin untuk membantu proses transportasi. Manusia mengenal perahu layar sebagai alat transportasi air yang mengandalkan aliran angin sebagai penggerak perahu yang tak bermesin itu. Selain itu pada penerbangan, arah angin sangat menentukan keselamatan penerbangan. Maka dari itu di setiap bandara selalu ada alat penentu arah dan kecepatan angin.[37]


[1] Yusuf Al-Hajj Ahmad, Mukjizat Ilmiah di Bumi dan Luar Angkasa, terj. Putri Ana Miranda, Noor Cholis, Solo: Aqwam, 2016, hlm. 101
[2] Ibid., hlm. 106
[3] Ibid.  
[4] Achmad Fachrur Rozi, Angin dalam Alquran: Studi atas Penafsiran Tantawi Jauhari dalam Kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Quran Al-Karim, Skripsi Strata1: UIN Sunan Kalijaga, 2016, hlm. 6
[5] Ibid.
[6] Ali Mahmudi, Tafsir Ayat tentang Angin, http://maqalah2.blogspot.com/2015/02/tafsir-ayat-tentang-angin.html dikutip Rabu 26 April 2017 pukul 06: 45 WIB.
[7] Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir; Tafsir-tafsit Pilihan, jil. 3, terj. Yasin, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011, hlm. 89
[8] M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah Al-Quran, jil. 2, Tangerang: Lentera Hati, hlm. 120-121
[9] Jalaluddin Al-Mahalliy dan Jalaluddin As-Suyuthi, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbaabun Nuzul, jil. 2, terj. Bahrun Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru, 1990, hlm. 1048
[10] Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir... hlm. 684-685
[11] Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir, jil. 8, terj. Amir Hamzah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2011, hlm. 86
[12] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, jil. 9, Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm. 104 
[13] M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna... hlm. 654
[14] Yuli, Angin dalam Al-Quran, http://yulilives.blogspot.co.id/2012/04/udara-angin-dalam-al-quran.html, dikutip Rabu, 22 Maret 2017, pukul 07:16 WIB
[15] Ibid.
[16] Ibid.
[17] Ibid.
[18] Yusuf Al-Hajj Ahmad, Mukjizat Ilmiah... hlm. 103
[19] Ibid.
[20] Ramadhani, Albi K, dkk.,  Al-Qu’ran Vs Sains Modern menurut Dr. Zakir Naik Sesuai atau Tidak, Yogyakarta: Sketsa, 2014, hlm. 91
[21] Ibid.
[22] Ibid.
[23] Ahmad Musthafa Al-Farran, Tafsir Imam Syafi’i: Menyelami Kedalaman Kandungan Al-Quran, jil. 3, terj. Imam Ghazali Masykur, Jakarta: Almahira, 2007, hlm. 3
[24] Ibid.
[25] Ibid.
[26] Ibid., hlm. 2  
[27] Ramadhani, Albi K, dkk.,  Al-Qu’ran Vs Sains... hlm. 89
[28] Ibid.
[29] Ibid.
[30] Ibid.
[31] Ibid.
[32] Ibid.
[33] Ibid.
[34] Ibid.
[35] Yuli, Angin dalam Al-Quran, http://yulilives.blogspot.co.id/2012/04/udara-angin-dalam-al-quran.html, dikutip Rabu, 22 Maret 2017, pukul 07:16 WIB
[36] Ibid.
[37] Ibid.

No comments:

Post a Comment