Wednesday, May 25, 2016

SEJARAH ILMU MANTIQ DAN MANFAATNYA



SEJARAH ILMU MANTIQ
Logika adalah bahasa Latin berasal dari kata Logos yang berarti perkataan atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah mantiq, kata Arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.[1]
       Istilah lain juga mengatakan bahwasanya logika berasal dari  bahasa Yunani, dari kata sifat Logike yang berhubungan dengan kata benda logos yang berarti perkataan atau sebagai manifestasi dari pikiran manusia. Secara etimologis dapatlah diartikan bahwa logika itu adalah ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.[2]
       Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.[3]
      Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan serupa: alasanya tidak logis, argumentasinya tidak logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal, dan tidak logis adalah sebaliknya.[4]
       Mantiq disebut sebagai penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikit benar, sedangkan dalam istilah lain, mantiq disebut sebagai hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir.[5]
       Kata logika rupa-rupanya dipergunakan pertama kali oleh Zeno dari Citium. Kaum Sofis, Socrates dan plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan kaum Stoa.[6]
       Aristoteles meninggalkan enam buah buku yang oleh murid-muridnya diberi nama Organon. Buku tersebut adalah Categoriae (mengenai pengertian-pengertian), De Interpretatiae (mengenai keputusan-keputusan), Analitica Priora (tentang silogisme), Analitica Posteriora (mengenai pembuktian), Topika (mengenai berdebat) dan De Sophisticis Elenchis (mengenai kesalahan-kesalahan berpikir). Theoprostus mengembangkan logika Aristoteles ini, sedangkan kaum Stoa mengajukan bentuk-bentuk berpikir yang sistematis. Buku-buku inilah yang menjadi dasar logika tradisional.[7]
       Pada masa penerjemahan ilmu-ilmu Yunani ke dalam dunia Arab yang dimulai pada abad II Hijriah logika merupakan bagian yang amat menarik minat kaum muslimin. Selanjutnya logika dipelajari secara meriah dalam kalangan luas, menimbulkan berbagai pendapat dalam hubungannya dengan masalaha agama. Ibnu Salih dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari mantiq sampai mendalam. Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan menurut jumhur ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya.[8]
       Filosofi Al-Kindi, mempelajari dan menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan lebih mendalam oleh Al-Farabi. Ia mengadakan penyelidikan mendalam atas lafal dan menguji kaidah-kaidah mantiq dalam proposisi-proposisi kehidupan sehari-hari untuk membuktikan benar salahnya, merupakan suatu tindakan yang belum pernah dilakukan sebelumnya.[9]
       Selanjutnya logika mengalami dekadensi yang panjang. Logika menjadi sangat dangkal dan sederhana sekali. Masa itu dipergunakan buku-buku logika seperti Isasoge dari Porphirius, Fons Scientie dari John Damascenus, buku-buku Thomas Aquinas, kesemuanya mengembangkan logika Aristoteles.[10]
       Pada abad XIII sampai dengan abad XV tampillah Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus dan Wilhelm Ocham mengetengahkan logika yang berbeda sekali dengan metode Aristoteles yang kemudian dikenal dengan logika modern. Raymundua Lullus mengemukakan metode baru yang disebut Ars Magna, semcam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi.[11]
       Penemuan-penemuan baru pada abad XVII dan XVIII ketika Francis Bacon mengembangkan metode deduktif, ia menyusun buku Novum Organum Scientiarum. W. Leibnitz menyusun logika aljabar untuk membikin sederhana pekerjaan akal serta memberikan kepastian. Emanuel Kant menemukan Logika Transendental (logika yang menyelidiki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas pengalaan).[12]
       Pada abad XIX logika dipandang sebagai sekedar peristiwa psikologis dan metodis seperti yang diajarkan oleh W. Wund, J. Dewey dan M. Baldwin. Nama-nama seperti Feorge Boole, Bertrand Russel dan G. Frege harus dicatat sebagai tokoh yang banyak berjasa dalam kehidupan logika modern.[13]

MANFAAT ILMU MANTIQ
Manfaat mempelajari logika, agar dapat berpikir lebih nalar, kritis, tepat, runtut atau konsisten, mempelajari ilmu ini sungguh bermanfaat sekali untuk hal-hal sebagai berikut:
  1. Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus jiwa pikirannya.
  2.  Mendidik kekuatan akal pikiran dan mengembangkannya yang sebaik-baiknya dengan melatih dan membiasakan mengadakan penelitian-penelitian tentang cara berpikir.
  3. Studi Logika mendidik kita berpikir jernih dan kritis.
  4. Logika memungkinkan kita melaksanakan disiplin intelektual yang diperlukan dalam menyimpulkan atau menarik kesimpulan.
  5. Logika membantu kita menginterpretasikan fakta dan pendapat orang lain secara memadai.
  6. Logika melatih kita tentang teknik-teknik menetapkan asumsi dan implikasi.
  7.  Logika membantu kita mendeteksi penalaran-penalaran yang keliru dan tidak jelas.
  8. Logika memancing pemikiran-pemikiran ilmiah dan reflektif.
  9. Mengenali dan menggunakan bentuk-bentuk umum tertentu dengan cara penarikan konklusi yang benar dan menghindari kesalahan-kesalahan yang bisa dijumpai.
  10. Dapat memperpanjang rangkaian penalaran itu untuk menyelesaikan problem-problem yang lebih kompleks.
  11.  Daya khayal semakin tinggi sehingga menjadi lebih kreatif.[14]
Adapun menurut pandangan lain bahwa manfaat logika adalah membantu manusia berpikir lurus, rfisien, tepat dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena itu ia mendidik menusia berpikir obyektid tegas dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.[15]
Adapun penadapt yang lain bahwasanya manffat mempelajari logika adalah sebagai berikut:
1.      Pelajaran logika menyatakan, menyelaraskan dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat diterapkan dalam semua lapangan ilmu pengetahuan lainnya, bahkan bagi pengetahuan ilmu filsafat merupakan ilmu yang harus dikuasai terlebih dahulu.
2.      Dapat menambah daya kemampuan berpikir abstrak manusia, dapat melatih dan mengembangkan daya pikir serta daya nalar manusia yang bermuara kepada tertib disiplin intelektual manusia.
3.      Dapat membimbing daya pemikirandan penalaran kita untuk tidak tersesat oleh suatu pola berpikir yang berdasarkan otoritas (kekusasaan).
4.      Dapat mengembangkan daya berpikir logis dan kritis manusia yang sangat dibutuhkan terutama bagi ilmuwan dan calon ilmuwan.[16]
5.      Dapat mengembangkan daya pikir imajinatif, kemampuan kreatif manusia dalam menghadapi fenomena hidup dan kehidupan di dunia ini.
6.      Dapat mengembangkan inisiatif manusia yang berdasarkan nalar dan berpikir kreatif tinggi dengan dukungan latar belakang potensial dan akademia yang baik.
7.      Dapat meningkatkan daya problem solving manusia dalam setiap problema hidup yang dihadaipinya.[17]



DAFTAR PUSTAKA
      Buku
Mundiri, Logika, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.
Salam, Burhanuddin, Logika Formal, Jakarta: PT Bina Aksara, 1988.
Salam, Burhanuddin, Logika Material; Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: PT Rineka       Cipta, 1997.

      Internet
Adhy, Manfaat Belajar Logika.



[1] Mundiri, Logika, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003, hal. 1
[2] Burhanuddin Salam, Logika Formal, Jakarta: PT Bina Aksara, 1988, hal. 1
[3] Mundiri, Logika... hal. 1-2
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Ibid.
[7] Ibid., hal. 3
[8]Ibid.
[9] Ibid.
[10] Ibid., hal.4
[11] Ibid.
[12] Ibid.
[13] Ibid.
[15] Mundiri, Logika... hal. 17  
[16] Burhanuddin Salam, Logika... hal. 17
[17] Burhanuddin Salam, Logika Material; Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: PT Rineka Cipta, hal. 4

No comments:

Post a Comment