SEJARAH ILMU MANTIQ
Logika adalah
bahasa Latin berasal dari kata Logos yang berarti perkataan atau sabda. Istilah
lain yang digunakan sebagai gantinya adalah mantiq, kata Arab yang diambil dari
kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.[1]
Istilah lain juga
mengatakan bahwasanya logika berasal dari
bahasa Yunani, dari kata sifat Logike yang berhubungan dengan
kata benda logos yang berarti perkataan atau sebagai manifestasi dari
pikiran manusia. Secara etimologis dapatlah diartikan bahwa logika itu adalah
ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.[2]
Logika adalah ilmu
yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dari penalaran yang salah.[3]
Dalam bahasa
sehari-hari kita sering mendengar ungkapan serupa: alasanya tidak logis,
argumentasinya tidak logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis
adalah masuk akal, dan tidak logis adalah sebaliknya.[4]
Mantiq disebut
sebagai penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikit benar,
sedangkan dalam istilah lain, mantiq disebut sebagai hukum yang memelihara hati
nurani dari kesalahan dalam berpikir.[5]
Kata logika
rupa-rupanya dipergunakan pertama kali oleh Zeno dari Citium. Kaum Sofis,
Socrates dan plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir
sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan kaum Stoa.[6]
Aristoteles
meninggalkan enam buah buku yang oleh murid-muridnya diberi nama Organon. Buku
tersebut adalah Categoriae (mengenai pengertian-pengertian), De
Interpretatiae (mengenai keputusan-keputusan), Analitica Priora
(tentang silogisme), Analitica Posteriora (mengenai pembuktian), Topika
(mengenai berdebat) dan De Sophisticis Elenchis (mengenai kesalahan-kesalahan
berpikir). Theoprostus mengembangkan logika Aristoteles ini, sedangkan
kaum Stoa mengajukan bentuk-bentuk berpikir yang sistematis. Buku-buku inilah
yang menjadi dasar logika tradisional.[7]
Pada masa
penerjemahan ilmu-ilmu Yunani ke dalam dunia Arab yang dimulai pada abad II
Hijriah logika merupakan bagian yang amat menarik minat kaum muslimin.
Selanjutnya logika dipelajari secara meriah dalam kalangan luas, menimbulkan
berbagai pendapat dalam hubungannya dengan masalaha agama. Ibnu Salih dan Imam
Nawawi menghukumi haram mempelajari mantiq sampai mendalam. Al-Ghazali
menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan menurut jumhur ulama membolehkan
bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya.[8]
Filosofi Al-Kindi,
mempelajari dan menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan
lebih mendalam oleh Al-Farabi. Ia mengadakan penyelidikan mendalam atas lafal
dan menguji kaidah-kaidah mantiq dalam proposisi-proposisi kehidupan
sehari-hari untuk membuktikan benar salahnya, merupakan suatu tindakan yang
belum pernah dilakukan sebelumnya.[9]
Selanjutnya logika
mengalami dekadensi yang panjang. Logika menjadi sangat dangkal dan sederhana
sekali. Masa itu dipergunakan buku-buku logika seperti Isasoge dari
Porphirius, Fons Scientie dari John Damascenus, buku-buku Thomas
Aquinas, kesemuanya mengembangkan logika Aristoteles.[10]
Pada abad XIII
sampai dengan abad XV tampillah Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus
dan Wilhelm Ocham mengetengahkan logika yang berbeda sekali dengan metode
Aristoteles yang kemudian dikenal dengan logika modern. Raymundua Lullus
mengemukakan metode baru yang disebut Ars Magna, semcam aljabar pengertian
dengan maksud membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi.[11]
Penemuan-penemuan
baru pada abad XVII dan XVIII ketika Francis Bacon mengembangkan metode
deduktif, ia menyusun buku Novum Organum Scientiarum. W. Leibnitz
menyusun logika aljabar untuk membikin sederhana pekerjaan akal serta
memberikan kepastian. Emanuel Kant menemukan Logika Transendental (logika yang
menyelidiki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas pengalaan).[12]
Pada abad XIX
logika dipandang sebagai sekedar peristiwa psikologis dan metodis seperti yang
diajarkan oleh W. Wund, J. Dewey dan M. Baldwin. Nama-nama seperti Feorge
Boole, Bertrand Russel dan G. Frege harus dicatat sebagai tokoh yang banyak
berjasa dalam kehidupan logika modern.[13]
MANFAAT ILMU MANTIQ
Manfaat mempelajari
logika, agar dapat berpikir lebih nalar, kritis, tepat, runtut atau konsisten,
mempelajari ilmu ini sungguh bermanfaat sekali untuk hal-hal sebagai berikut:
- Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus jiwa pikirannya.
- Mendidik kekuatan akal pikiran dan mengembangkannya yang sebaik-baiknya dengan melatih dan membiasakan mengadakan penelitian-penelitian tentang cara berpikir.
- Studi Logika mendidik kita berpikir jernih dan kritis.
- Logika memungkinkan kita melaksanakan disiplin intelektual yang diperlukan dalam menyimpulkan atau menarik kesimpulan.
- Logika membantu kita menginterpretasikan fakta dan pendapat orang lain secara memadai.
- Logika melatih kita tentang teknik-teknik menetapkan asumsi dan implikasi.
- Logika membantu kita mendeteksi penalaran-penalaran yang keliru dan tidak jelas.
- Logika memancing pemikiran-pemikiran ilmiah dan reflektif.
- Mengenali dan menggunakan bentuk-bentuk umum tertentu dengan cara penarikan konklusi yang benar dan menghindari kesalahan-kesalahan yang bisa dijumpai.
- Dapat memperpanjang rangkaian penalaran itu untuk menyelesaikan problem-problem yang lebih kompleks.
- Daya khayal semakin tinggi sehingga menjadi lebih kreatif.[14]
Adapun menurut pandangan lain bahwa manfaat logika adalah membantu manusia
berpikir lurus, rfisien, tepat dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan
menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia
mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar,
lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena itu ia
mendidik menusia berpikir obyektid tegas dan berani, suatu sikap yang
dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.[15]
Adapun penadapt yang lain bahwasanya manffat mempelajari logika adalah
sebagai berikut:
1. Pelajaran logika menyatakan, menyelaraskan dan mempergunakan
prinsip-prinsip abstrak yang dapat diterapkan dalam semua lapangan ilmu
pengetahuan lainnya, bahkan bagi pengetahuan ilmu filsafat merupakan ilmu yang
harus dikuasai terlebih dahulu.
2. Dapat menambah daya kemampuan berpikir abstrak manusia, dapat melatih dan
mengembangkan daya pikir serta daya nalar manusia yang bermuara kepada tertib
disiplin intelektual manusia.
3. Dapat membimbing daya pemikirandan penalaran kita untuk tidak tersesat oleh
suatu pola berpikir yang berdasarkan otoritas (kekusasaan).
4. Dapat mengembangkan daya berpikir logis dan kritis manusia yang sangat
dibutuhkan terutama bagi ilmuwan dan calon ilmuwan.[16]
5. Dapat mengembangkan daya pikir imajinatif, kemampuan kreatif manusia dalam
menghadapi fenomena hidup dan kehidupan di dunia ini.
6. Dapat mengembangkan inisiatif manusia yang berdasarkan nalar dan berpikir
kreatif tinggi dengan dukungan latar belakang potensial dan akademia yang baik.
7. Dapat meningkatkan daya problem solving manusia dalam setiap problema hidup
yang dihadaipinya.[17]
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Mundiri, Logika, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.
Salam, Burhanuddin, Logika Formal, Jakarta: PT Bina Aksara,
1988.
Salam, Burhanuddin, Logika Material; Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta:
PT Rineka Cipta, 1997.
Internet
Adhy, Manfaat Belajar Logika.
(https://adhychezz.wordpress.com/logika/manfaat-belajar-logika/) dikutip tanggal 22/5/2016 pukul 22:21 WIB
[1]
Mundiri, Logika, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003, hal. 1
[2]
Burhanuddin Salam, Logika Formal, Jakarta: PT Bina Aksara, 1988, hal. 1
[3]
Mundiri, Logika... hal. 1-2
[4]
Ibid.
[5]
Ibid.
[6]
Ibid.
[7]
Ibid., hal. 3
[8]Ibid.
[9]
Ibid.
[10]
Ibid., hal.4
[11]
Ibid.
[12]
Ibid.
[13]
Ibid.
[14]
https://adhychezz.wordpress.com/logika/manfaat-belajar-logika/
dikutip 22/5/2016 pukul 22:21 WIB
[15]
Mundiri, Logika... hal. 17
[16]
Burhanuddin Salam, Logika... hal. 17
[17]
Burhanuddin Salam, Logika Material; Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta:
PT Rineka Cipta, hal. 4
No comments:
Post a Comment