Thursday, February 21, 2019

HIKMAH PUASA SUNNAH

Pada umumnya apabila seseorang telah menunaikan kewajibannya, mungkin saja dia melakukan hal-hal yang kurang layak. Hal tersebut memang tidak sampai membatalkan kewajiban itu, namun menyebabkannya tidak sempurna sebagaimana yang diinginkan oleh Allah yang Maha Bijaksana. Oleh karena itu, untuk mengembalikannya menjadi sempurna, melaksanakan sebagaimana yang diinginkan oleh Allah, dan mengantisipasi terjadinya kekurangan-kekurangan pada kewajiban tersebut, maka Allah mensyariatkan puasa sunah untuk beberapa hari lamanya, agar kewajiban yang telah dia lakukan menjadi murni tanpa dicampuri oleh apa pun.
       Sementara itu, di sana ada beberapa hal lain yang disunnahkan padanya melakukan puasa sunah karena suatu hikmah yang diinginkan oleh Allah. Di antaranya adalah puasa hari Arafah, yang disunnahkan agar orang yang berpuasa tenggang rasa memikirkan orang-orang yang pada hari itu sedang berada di Arafah, mereka memenuhi panggilan Allah dan meminta ampun serta rahmat dari-Nya. Sehingga, orang yang berpuasa itu menjadi rindu kepada tempat-tempat suci tersebut. Dengan demikian, dia pun dapat bersama-sama para jamaah haji mendapatkan pahala p rahmat dari Allah SWT.
       Diantaranya lagi adalah puasa Asyura, yaitu hari kemenangan Nabi Musa a.s yang atas kemenangan tersebut Nabi Musa mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Jadi orang yang berpuasa pada hari itu, berarti ia bersama-sama Nabi Musa a.s mengucapkan syukur dan mendapatkan pahala yang sangat besar.
       Diantaranya lagi, puasa enam hari di bulan Syawwal. Karena berpuasa di hari tersebut memiliki keutamaan sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah, “barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, lalu dia lenjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka seakan-akan dia telah berpuasa selama satu tahun”.
       Puasa sunnah ini bagaikan sunnah rawatib bagi puasa wajib, yang mana puasa tersebut disyariatkan agar dapat memurnikan puasa ramadhan dari hal-hal yang dapat mengurangi nilainya disisi Allah. Adapun kenapa puasa bulan Ramadhan yang dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawwal disamakan dengan puasa satu tahun, karena jumlah semuanya adalah tiga puluh enam hari. Sedangkan Allah menjadikan satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipat. Jadi apabila tiga puluh enam dikalikan sepuluh, maka menjadi tiga ratus enam puluh hari. Dan itulah jumlah selama satu tahun.
       Para nabi terdahulu senang memperbanyak puasa sunnah. Nabi Nuh a.s melaksanakan puasa sunnah sepanjang tahun. Nabi Daud a.s berpuasa satu hari dan berbuka di hari kemudiannya, begitulah seterusnya. Nabi Isa a.s berpuasa dua hari sekali (satu hari puasa lalu dua hari kemudian tidak berpuasa, dan seterusnya). Begitulah halnya kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah. Beliau berpuasa sampai-sampai orang mengatakan bahwa beliau tidak akan berbuka, dan beliau berbuka sampai-sampai orang mengatakan bahwa beliau tidak akan berpuasa.
       hikmah perbedaan puasa sunnah diantara nabi, karena dilatarbelakangi oleh perbedaan situasi dan kondisi. Di samping itu, puasa adalah tiryaaq (penawar) jiwa. Dan, tentunya penawar hanya digunakan berdasarkan kebutuhan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwasanya orang yang senang melakukan puasa sunnah, berarti senang mengikuti sunnahnya nabi dan rasul.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Jarjawi, Ali. Indahnya Syariat Islam.Depok:Gema Insani, 2006.

No comments:

Post a Comment