Thursday, February 21, 2019

QOLQOLAH dan BAGIANNYA

A.    Pengertian
Qalqalah menurut bahasa adalah bergerak dan gemetar. [1]
Sedangkan  menurut istilah Qalqalah ialah Suara tambahan ( pantulan ) yang kuat dan jelas  yang terjadi pada huruf yang bersukun setelah menekan pada makhraj huruf tersebut.[2]
Huruf Qalqalah ada 5 yaitu: ق, ط, ب, ج, د, [3]
Qalqalah ialah goncangan di dalam makhraj ketika mengucapkan huruf karena mempunyai sifat syiddah dan jahr, yakni karena tertahannya suara dan nafas (memantul).[4]
  B.     Jenis Qalqalah
Adapun tingkatan Qalqalah ada 3 ( tiga ).
1.      Sukun karena di-Waqafkan yang asalnya huruf  ber-Tasydid, jenis  ini dinamakan Qalqalah Akbar
Contoh:
وَتَبَّ, بِاالحَقَّ,
2        Sukun karena  di- Waqafkan yang asalnya huruf tidak ber- Tasydid, jenis ini dinamakan Qalqalah Kabirah
Contoh:
وَمَا كَسَبْ, مُحِيْطٌ,
3        Sukun asli yang bukan karena di Waqafkan, jenis ini  biasa disebut Qalqalah  Sagriah.
Contoh:
يَجْمَعُ, يَقْدِرُ[5]
Qalqalah Shughra
Shughra artinya kecil. Qalqalah Shughra menurut istilah ialah
            Jika huruf qalqalah bertanda sukun ashli, maka ia dinamakan Qalqalah Shughra. Apabila huruf qalqalah tersebut bersukun  di tengah kalimat , maka dinamakan Qalqalah Shugra.
berdasarkan dua definisi  di atas, dapat  disimpulkan  bahwa Qalqalah Shughra terjadi pada dua kondisi , yaitu apabila huruf Qalqalah :
1.bersukun ashli.
2.bersukun di tengah  kalimat.[6]
Qalqalah kubra
Kubra artinya besar . Qalqalah kubra menurut istilah ialah:
Jika huruf Qalqalah bersukun aridli karena di- Waqafkan, maka ia dinamakan Qalqalah  kubra.
apabila  huruf qalqalah tersebut bersukun  di akhir kalimat, maka  ai dinamakan Qalqalah Kubra.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Qalqalah kubra terjadi apabila huruf Qalqalah:
1.      Bersukun aridli karena di- Waqafkan dengan kata lain, huruf tersebut asalnya berharakat tetapi menjadi bersukun karena dibaca waqaf.
2.      Bersukun di akhir kalimat.[7]


  C.    Cara Baca Qalqalah
Adapun cara pengucapan Qalqalah
Para ulama berbeda di dalam cara mempraktikkannya.
Cara pertama adalah pantulan suara lebih dekat\condong ke huruf  Qalqalah yang berharakat fathah secara  mutlak ( ket: baik belum huruf Qalqalah  berupa harakat fathah, kasrah, maupun Dammah), dan cara ini cara membaca yang lebih unggul\terpilih (al-arjah).
Contoh:
كَسَبْتُمْ, أَجْنِحَتٍ,
Cara kedua adalah pantulan suaranya lebih dekat\condong mengikuti huruf Qalqalah sebelum nya berharakat fathah, maka pantulan suaranya lebih dekat\ condong kepada huruf Qalqalah yang berharakat fathah, apa bila huruf  Qalqalah  sebelum nya berharakat kasrah, maka  pantulan suaranya lebih dekat \condong kepada huruf Qalqalah yang berharakat Kasrah; dan apabila huruf Qalqalah sebelumnya berharakat Dommah, maka pantulan suaranya lebih dekat\condong kepada huruf Qalqalah yang berharakat Dommah.
Contoh:
كَسَبْتُمْ, أَجْنِحَتٍ, إِبْرَهِيْم, مُجْرِمِيْنَ, أُدْخِلَ[8]
Menurut Acep:
Cara pengucapan qalqalah ialah dengan menekan kuat makhraj huruf dari huruf qalqalah yang bersukun tersebut sehingga suaranya memantul dengan pantulan yang kuat dan jelas.[9]
Pengucapan Qalqalah Kubra sama dengan cara pengucapan qalqalah secara umum, namun lebih berkumandang dan lebih jelas dibandingkan dengan pengucapan Qalqalah Shughra.
Simpulan 
      Qalqalah menurut bahasa adalah bergerak dan gemetar. Sedangkan  menurut istilah Qalqalah ialah Suara tambahan ( pantulan ) yang kuat dan jelas  yang terjadi pada huruf yang bersukun setelah menekan pada makhraj huruf tersebut. Jenisnya terbagi menjadi 3 yaitu qalqalah kubra, shugra, dan akbar. Cara membacanya ada perbedaan pendapat ulama seperti di nyatakan di pembahasan di atas.
      Saran 
      Dengan kurang sempurnanya makalah ini, dapat memberi saran agar lebih banyak lagi mencari tentang referensi-referensi pembahasan yang telah dipaparkan di makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya penulis.


[1]  Acep Iim Abdurahim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2003, hal. 129
[2] Ibid.
[3] Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura, Jakarta Selatan: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2016, hal. 238
[4] Ibid.
[5] Ibid., hal 238-239
[6] Acep Iim Abdurahim, Pedoman Ilmu... hal. 130
[7] Ibid., hal. 131
[8] Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis... hal. 239
[9] Acep Iim Abdurahim, Pedoman Ilmu... hal. 130

No comments:

Post a Comment