PENDAHULUAN
Allah SWT telah
menguatkan para Nabi dan Rasul-Nya dengan mukjizat-mukjizat yang menjadi bukti
otoriatif dan saksi nyata atas kebenaran petunjuk dan penjelasan yang mereka
bawa. Mukjizat-mukjizat yang datang sebelum mukjizat nabi Muhammad SAW,
keseluruhannya berupa mukjizat fisik yang berbasis pelampauan kebiasaan
manusia.[1] Sementara
mukjizat nabi Muhammad SAW ialah berupa Al-Quran, yang merupakan mukjizat
immaterial yang berbasis pemikiran dan retorika. Hal ini menyesuaikan
perkembangan umat manusia yang mulai beranjak dari masa kebodohan dan kegelapan
menuju masa aktivasi akal dan pembebasan pemikiran.[2]
Allah
SWT menurunkan Al-Quran pada nabi Muhammad SAW dalam rangka menyelamatkan umat
manusia dari gelap/kesesatan menuju cahaya/petunjuk, jalan yang Maha Agung lagi
Maha Terpuji yang tentunya dengan izin Allah SWT. Allah yang memiliki apa saja
yang ada di langit dan bumi.[3] Al-Quran
sebagai sumber utama dan rujukan iman umat Islam adalah sebuah kitab yang
diyakini setiap muslim sebagai wahyu ilahi. Setiap muslim meyakini bahwa segala
apa yang ada di dalam Al-Quran adalah petunjuk bagi seluruh manusia.[4] Oleh
karena itu, Al-Quran dipercaya akan terus berlaku sepanjang zaman, maka apa
yang ada di dalamnya akan selalu relevan dengan perkembangan zaman.[5]
Al-Quran
merupakan sebuah mukjizat yang luar biasa yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW. Kemukjizatan Al-Quran tidak hanya dari beberapa aspek di dalamnya, akan
tetapi dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam Al-Quran. Salah satu daripada
kemukjizatan Al-Quran yakni membenarkan tentang perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman sekarang yang telah jauh tercantum di dalam Al-Quran. Maka dari itu,
Al-Quran banyak menjelaskan tentang ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya dalam
bidang sains, baik dalam ilmu Astronomi, Fisika, Geografi, Oseanologi, Geologi,
Fisiologi, dan lain-lain, yang semuanya telah tercantum dalam Al-Quran
berabad-abad tahun yang lalu.
Sains adalah pengetahuan yang
sistematis yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan, penelaahan, dan
percobaan yang dilakukan untuk mengetahui prinsip-prinsip alam.[6]
Dalam
ilmu sains, ilmu Geologi jika dilihat dari segi maknanya, membahas tentang
pembahasan yang meliputi semua cabang-cabang yang berhubungan dengan bumi,
termasuk struktur batuan kulit bumi, komposisi, sejarah bumi, tata bumi, serta
kehidupan yang terdapat pada lapisan bumi.[7]
Fenomena
gunung termasuk dalam ilmu ini. Al-Quran banyak telah menjelaskan tentang alam
semesta, salah satunya adalah gunung. Penyebutan gunung dalam Al-Quran terdapat
dua perkataan Arab, yakni Jibal atau Jabal dan rawasiya,
yang secara jelas menjelaskan bahwa gunung berfungsi sebagai stabilisator bumi.[8]
URGENSI
GUNUNG TERHADAP BUMI
Al-Quran salah satunya banyak menjelaskan tentang alam semesta.
Alam semesta merupakkan sebuah bukti kebesaran dan nikmat Allah. Karena
penciptaan alam semesta sebagai bentuk adanya Sang Pencipta Yang Maha Kuasa.
Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya. Salah satu isi
yang dimaksud itu adalah gunung. Al‐Quran
menyebut gunung dengan dua perkataan Bahasa arab, yaitu jibal atau jabal
dan rawasiya.[9]
Penggunaan kata jabal atau jibal
dalam Al-Quran menggambarkan hanya sebuah bendanya, sedangkan rawasiya yang
digunakan dalam Al-Quran adalah menggambarkan sifat atau manfaat gunung itu
sendiri.
Kata jibal disebutkan dalam
Al‐Quran sebanyak 23 kali. Sedangkan kata jabal disebutkan
sebanyak 6 kali, dan kata rawasiya sebanyak 10 kali. Gunung secara kasat
mata adalah sebuah gundukan tanah yang tinggi. Terciptanya gundukan tanah atau
gunung itu dikarenakan adanya suatu pergerakan bumi dan tumbukan tanah serta
lempengan-lempengan bawah bumi yang membentuk kerak bumi secara terus menerus
dalam waktu yang lama.[10]
Penyebutan
kata gunung yang demikian banyak dalam Al-Quran tentu mengandung makna yang
penting. Gunung memiliki fungsi yang sangat menentukan kelangsungan kehidupan
planet Bumi. Seandainya gunung-gunung tidak diciptakan, orang-orang akan ragu
apakah planet Bumi akan stabil atau bertahan di usianya yang renta, yakni 4,56
miliyar tahun.[11]
Sejak kurang lebih 3,5 miliar tahun
lalu ketika planet Bumi mulai mendingin, ia berusaha mengeluarkan gas demi
menjaga tekanan dan temperatur. Bila tidak dikeluarkan secepatnya, planet ini
akan meledak dengan dahsyat akibat adanya tekanan gas yang terus-menerus dari
dalam jumlah besar di tubuhnya.[12]
Keberadaan gunung-gunung yang
memiliki akar yang menancap di kerak bebatuan bumi (yang bentangan kedalamannya
mencapai sepuluh hingga lima belas kali lipat dari ketinggiannya di atas
permukaan bumi) memperkecil suatu gerakan yang dahsyat yang terjadi pada planet
Bumi. Keberadaan gunung-gunung ini meminimalisir goyangan poros putar Bumi dan
menjadikannya lebih stabil dan lebih teratur dalam proses rotasinya
mengelilingi porosnya, juga menjadikan goyangan dan goncangan lebih rendah.[13]
Keberadaan gunung memegang peranan
yang sangat penting dalam menjaga kestabilan lapisan kerak Bumi.[14]
Bahkan fungsi gunung tidak hanya menjadi stabilisator Bumi, akan tetapi masih
banyak fungsi-fungsi bagi kehidupan di Bumi, yang telah diungkapkan oleh para
ilmuwan-ilmuwan sains, yang telah di nyatakan dalam Al-Quran beberapa abad
lalu. Sungguh Al-Quran ialah sebuah kitab yang menjadi pedoman hidup bagi
manusia.
Adapun
beberapa manfaat eksistensi gunung terhadap bumi adalah:
1.
Agar
Bumi Tidak Guncang
Tugas gunung adalah sebagai pasak agar bumi tidak berguncang akibat
tekanan gas-gas yang terbentuk di dalamnya semakin bertambah.[15]
Hal ini telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
10. Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia
meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu...[16]
(Q.S. Luqman: 10)
Imam Ath-Thabari mengatakan dalam
tafsirnya, maksudnya adalah Allah SWT menciptakan tujuh lapis langit tanpa
tiang yang kamu melihatnya, ada juga pendapat lain yang menyatakan mungkin saja
bertiang, akan tetapi kamu tidak dapat melihatnya.[17]
Dan Dia meletakkan gunung-gunung di permukaan bumi, maksudnya Allah
meletakkan gunung-gunung di atas permukaan bumi sebagai penguat, supaya bumi
itu tidak menggoyangkan kamu, maksudnya tidak bergerak ke kiri ke kanan,
agar kamu merasa tenang berada di bumi.
Imam Al-Qurthubi mengatakan dalam
tafsirnya, Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya, berada
pada posisi khafadh karena berfungsi sebagai na’at kepada amadin.
Maksudnya, mungkin di sana ada tiang, akan tetapi tidak terlihat. Boleh
juga taraunaha berada pada posisi nashab sebagai hal dari samawat.
Maksudnya, tidak ada tiang sama sekali. Dan Dia meletakkan gunung-gunung
di permukaan Bumi, maksudnya adalah gunung-gunung yang tegar. Supaya
bumi itu tidak menggoyangkan, berada pada posisi nashab. Maksudnya
adalah tidak ingin menggoyangkan. Sementara para ulama Kufah memperkirakan
maknanya dengan supaya bumi tidak menggoyangkan...[18]
Imam Jalalain, yakni Jalaluddin
Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti mengatakan dalam tafsirnya, Dia
menciptakan langit tanpa tiang yang kalian melihatnya lafaz amadin adalah
bentuk jamak dari lafaz imaadun, yaitu penyangga, dan memang langit itu
tidak ada yang menyangganya sejak diciptakannya, dan Dia meletakkan
gunung-gunung di permukaan bumi yakni gunung-gunung yang tinggi dan
besar-besar supaya jangan tidak menggoyangkan tidak
bergerak-gerak sehingga mengguncangkan...[19]
Muhammad Ali Ash-Shabuni mengatakan
dalam tafsirnya, Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya Allah
menciptakan langit yang luas dan besar serta kokoh tanpa tiang yang menjadi
penopangnya. Kalian melihat langit seperti itu diam tanpa bersandar apapun dan
tidak ada yang menahannya kecuali kekuasaan Allah. Dan Dia meletakkan
gunung-gunung dipermukaan Bumi supaya Bumi itu tidak menggoyangkan kamu, Allah
menciptakan beberapa gunung besar di Bumi agar Bumi tidak goyang dan tidak
menggerakkan kalian...[20]
Gunung bertindak sebagai pasak
raksasa yang akarnya dalam menghunjam. Artinya, kepala pasak yang tampak di
permukaan jauh lebih pendek daripada panjang batangnya yang menghunjam perut
bumi.[21]
Selama ribuan tahun, agama-agama
terdahulu hanya takjub kepada ketinggian gunung. Namun, Al-Quran mementahkan
kekaguman sesaat mereka. Ternyata kedalaman gunung yang mencapai 10-15 kali
lipat dari ketinggiannya itulah yang lebih dahsyat.[22]
Akar gunung merupakan tempat
mengalirnya magma, gas, dan produk-produk material lainnya.[23]
2. Sebagai
pasak
Ahli Geologi mengatakan bahwa
jari-jari bumi sekitar 3.750 mil dan kerak tempat kita berpijak sangatlah tipis
hanya berkisar 1-30 mil. Karena tipisnya kerak tempat kira berpijak, maka
kemungkinan untuk bergetar sangat tinggi. Di sinilah pegunungan berperan sebagai
pancang atau pasak bagi kerak bumi. Gunung memberikan stabilitas bagi daratan,
tempat kita hidup.[24]
Al-Quran dengan semupurna
mendiksripsikan fenomena ini dalam ayatnya:
6. Bukankah Kami telah menjadikan
bumi itu sebagai hamparan?,
7. Dan gunung-gunung sebagai pasak?,[25]
(Q.S. An-Naba: 6-7)
Imam Ath-Thabari mengatakan dalam
tafsirnya, maksudnya adalah sebagai hamparan serta landasan untuk berpijak, dan
gunung-gunung sebagai pasak bagi bumi agar bumi
tidak bergoncang bersama kalian.[26]
Imam Al-Qurthubi mengatakan dalam
tafsirnya, Bukankah Kami telah menjadikan Bumi itu sebagai hamparan,
Allah SWT menunjukan kekuasaan-Nya untuk membangkitkan kepada mereka.
Maksdunya, kekuasaan Kami atas mengadakan semua perkara itu lebih besar dari
kekuasaan Kami menghidupkan kembali. Dan gunung-gunung sebagai pasak, maksudnya,
agar bumi tenang, tidak guncang dan tidak menggoyang penghuninya.[27]
Imam Jalalain, yakni Jalaluddin
Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti mengatakan dalam tafsirnya, Bukankah
Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan yakni terhampar bagaikan
permadani. Dan gunung-gunung sebagai pasak yang menstabilkan bumi,
sebagaimana halnya kemah yang berdiri dengan mantapnya berkat patok-patok yang
menyangganya. Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna taqrir atau
menetapkan.[28]
Muhammad Ali Ash-Shabuni mengatakan
dalam tafsirnya, Bukankah Kami telah menjadikan Bumi itu sebagai hamparan bukankah
Kami telah menjadikan Bumi kalian tempati ini terhampar untuk ditempati dan memudahkan
kalian bergerak ke seluruh penjurunya? Kami jadikan Bumi bagaikan tikar bagi
kalian agar kalian berada di atasnya dan bisa menjadikan dataran rendahnya
menjadi lahan tanaman? Dan gunung-gunung sebagai pasak dan Kami jadikan
gunung bagai pasak bagi Bumi yang menetapkannya segingga tidak mengguncangkan
kalian, sebagaimana rumah yang menjadi tetap dan tidak terguncang karena adanya
tiang.[29]
Ayat di atas menjelaskan bahwasanya
gunung itu ibaratkan pasak yang berfungsi sebagai menjaga kestabilan bumi, agar
bumi itu tidak bergoncang. Ibarat kan rumah yang apabila tidak ada tiang
penyangga nya, maka rumah itu akan hancur, sama halnya dengan bumi, apabila
tidak ada gunung maka akan hancur lah bumi ini.
3. Sebagai
Persediaan Air
Gunung berapi sebagai persediaan air
tawar bagi umat manusia. Bila berjalan-jalan ke pegunungan Alpen di Benua
Eropa, akan disuguhi pemandangan alam yang terdiri atas gunung-gunung yang
puncaknya selalu diselimuti es pada ketinggian sekitar 3.000 m. Ketika
berjalan-jalan ke Afrika, akan dapat melihat fenomena es yang terus-menerus
muncul di puncak gunung Kilimanjaro pada ketinggian 5.000 m.[30]
Penelitian sains membuktikan bahwa
memang terdapat garis es abadi di planet Bumi ini. Pada ketinggian tertentu di
suatu tempat. Suhu dapat mencapai di bawah 0°C yang merupakan keadaan saat air
membeku menjadi es.[31]
Di khatulistiwa garis es abadi tersebut mencapai rata-rata ketinggian sekitar 5
km atas permukaan laut. Ketinggiannya kemudian berkurang secara perlahan setiap
kali suhu udara di sekitar lokasi gunung menurun akibat jauhnya dari garis
khatulistiwa.[32]
Banyak gunung yang ketinggiannya
melebihi garis es abadi di Bumi. Semakin besar perbedaan antara ketinggian
gunung dan ketinggian garis abadi, semakin besar pula peluang terjadinya
penumpukan es dalam jumlah yang besar. Kumpulan es abadi di atas gunung-gunung
seperti ini berjasa menyuplai air untuk sungai. Suplai air ini berasal dari
sebagian es yang terus-menerus mencair karena terdapat tekanan yang berlebihan
dari lapisan es di atasnya.[33]
Oleh karena itu, gunung dapat menjadi sumber air tawar yang tersedia
terus-menerus bagi manusia.[34]
Sesuai dengan firman Allah SWT:
27. Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung
yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar?[35]
(Al-Mursalat: 27)
Imam Ath-Thabari mengatakan dalam
tafsirnya, maksudnya adalah Kami jadikan di atas bumi tersebut gunung-gunung
yang kokoh, kuat, dan tinggi. Dan Kami beri minum kamu dengan air tawar, maksudnya,
air segar.[36]
Imam Al-Qurthubi mengatakan dalam
tafsirnya, Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, maksudnya,
menjadikan gunung-gunung yang tinggi lagi kokoh di bumi. Dan Kami beri minum
kamu dengan air yang tawar, maksudnya, kami jadikan untuk kalian air
sebagai minuman. Al-Furaat artinya air tawar yang dapat diminum dan
untuk menyirami tanaman. Maksud lain Kami ciptakan gunung dan Kami turunkan air
yang tawar.[37]
Imam Jalalain, yakni Jalaluddin
Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti mengatakan dalam tafsirnya, Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung
yang tinggi gunung-gunung yang menjulang tinggi dan Kami beri minum
kalian dengan air yang tawar yakni air yang segar dan tawar.[38]
Muhammad Ali Ash-Shabuni mengatakan
dalam tafsirnya, Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, Kami
jadikan di Bumi itu beberapa gunung tinggi menjulang agar Bumi tidak
menggoncangkan kalian. Dan Kami beri minum kamu dengan air yang tawar, dan
Kami beri kalian minum dengan air tawar yang enak. Kami menurunkannya untuk
kalian dari mendung dan Kami mengeluarkannya untuk kalian dari mata air dan
sungai agar kalian dan hewan kalian meminumnya. Sebagiannya lagi kalian gunakan
untuk mengairi tanaman dan pohon kalian.[39]
Ayat di atas menjelaskan hubungan
yang erat antara gunung yang sangat tinggi dengan air yang bermanfaat bagi
manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Ternyata keduanya memang mempunyai
hubungan yang sangat erat, seperti yang telah dijelaskan oleh sains modern di
atas.[40]
4. Merawat
Langit
Atmosfer penting bagi kehidupan di
bumi karena tanpa atmosfer, manusia, hewan, dan tumbuhan tidak dapat hidup.
Atmosfer juga bertindak sebagai pelindung kehidupan di bumi dari radiasi
matahari yang kuat pada siang hari. Atmosfer juga menyebabkan hambatan bagi
benda yang bergerak melaluinya sehingga sebagian meteor yang melalui atmosfer
akan menjadi panas dan hancur sebelum mencapai permukaan bumi.[41]
Gunung-gunung menyuplai
material-material pendukung kehidupan planet Bumi untuk membentuk atmosfernya
selama kurang lebih 1,5 miliar tahun agar sempurna menyambut makhluk hidup yang
akan datang kemudian.[42]
Planet Bumi mempunyai atmosfer sejak
kurang lebih 2,5-2,05 miliar tahun lalu, gunung-gunung mempunyai tugas untuk
membentuk dan merawat atmosfer bumi. Cara gunung merawat bumi adalah dengan
mengeluarkan material-materialnya, berupa gas O2 (Oksigen), CO2 (Karbon
Dioksida), N2 (Nitrogen), Ne (Neon), He (Helium), H2 (Hidrogen), Xe (Xenon), Kr
(Kripton), Ar (Argon), dan sebagainya. Maka dari itu, kandungan lapisan
atmosfer secara keseluruhan tidak mengalami penipisan maupun pengurangan dalam
jangka panjang.[43]
Atmosfer ialah lapisan yang
melindungi bumi, dimana lapisan itu terdiri lagi dari beberapa lapisan.
Lapisan atmosfer terdiri dari beberapa lapisan, yaitu:
a) Troposfer
jaraknya adalah 15 km, Troposfer mengandung sebagian besar jenis gas dan air.
b) Stratosfer
jaraknya 50 km, Stratosfer mengandung lapisan ozon, yang menyerap sebagian
radiasi matahari.
c) Mesosfer
jaraknya 80 km, Mesosfer merupakan lapisan udara terdingin. Semua meteor
terbakar dalam lapisan ini.
d) Ionosfer
jaraknya 500 km, udara pada lapisan
Ionosfer sangat tipis. Lapisan ini dapat mengubah partikel-partikel secara
elektris menjadi cahaya aurora.
e) Eksosfer
jaraknya 6000 km, lapisan Eksosfer mengandung sangat sedikit molekul gas, yang
melepaskan gravitasi Bumi dan menghilang ke angkasa luar.[44]
SIMPULAN
Gunung adalah sebuah gundukan
tanah yang tinggi. Terciptanya gundukan tanah atau gunung itu dikarenakan
adanya suatu pergerakan bumi dan tumbukan tanah serta lempengan-lempengan bawah
bumi yang membentuk kerak bumi secara terus menerus dalam waktu yang lama.
gunung dalam Al-Quran disebut dengan jibal atau jabal dan rawasiya.
Penggunaan
kata jabal atau jibal dalam Al-Quran menggambarkan hanya sebuah
bendanya, sedangkan rawasiya yang digunakan dalam Al-Quran adalah
menggambarkan sifat atau manfaat gunung itu sendiri. Kata jibal
disebutkan dalam Al‐Quran
sebanyak 23 kali. Sedangkan kata jabal disebutkan sebanyak 6 kali, dan
kata rawasiya sebanyak 10 kali.
Gunung
di bumi memegang peranan yang sangat besar, selain tugasnya yang menjadi
stabilisator bumi, gunung juga mempunyai peranan yang sangat penting lainnya,
yaitu sebagai sumber air, dan perawat langit. Maka dari itu, dengan adanya
gunung inilah bumi ini dapat stabil dalam perputarannya dan tidak membuat bumi
menggoncang ke kiri dan ke kanan.
[1] Yusuf Al-Hajj
Ahmad, Al-Quran Kitab Sains dan Medis, terj. Kamran As’ad Irsyadi, (Jakarta
Selatan: Pustaka Grafindo Khazanah, 2006), 13
[2] Ibid.
[3] As-Sayyid
Mahmud Syukri Al-Alusi, Al-Qur’an & Ilmu Astronomi, terj. Kamran
As’ad Irsyadi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), 11-12
[4] Zakir Naik, Miracles
of Al-Qur’an & As-Sunnah, terj. Dani Ristanto, (Solo: PT Aqwam, 2015),
vii
[5] Ibid.
[6] Hamdani, Filsafat
Sains, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 172-173
[7] Nuri Qomariah
Maritta, Konsep Geologi Laut dalam Al-Quran dan Sains, (Skripsi Strata1:
UIN Syarif Hidayatullah, 2010), 9
[8] Samsul Arifin,
Gunung dalam Al-Quran, (Skripsi Strata1: UIN Sunan Kalijaga, 2015), viii
[9] Fuad Faizi,
Nailu Farh, dkk., Teologi Gunung dalam Al-Quran, (Tugas Penelitian: Kuningan
Jawa Barat, 2014), 4
[10] Ibid.
[11] Agus Haryo
Sudarmojo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Quran, (Bandung:
Penerbit Mizania, 2009), 184-185
[12] Ibid.,
185
[13] Zaghlul
An-Najjar, Sains dalam Hadis, (Jakarta: Amzah, 2011), 40
[14] Abdullah M.
Al-Ruhaili, Al-Quran The Ultimate Truth; Menyingkap Puncak Kebenaran Kitab
Suci Terakhir Melalui Penemuan-penemuan Sains Mutakhir, terj. Andi Achmad, (Jakarta
Timur: Mirqat Publishing, 2008), 88
[15] Agus Haryo
Sudarmojo, Menyibak Rahasia... 185
[16] Agus Purwanto,
Ayat-ayat Semesta Sisi-sisi Al-Quran yang Terlupakan, (Bandung: Penerbit
Mizan, 2008), 138-139
[17] Abu Ja’far
Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, jilid 20, terj.
Ahsan Askan, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 740-742
[18] Abu Abdullah
Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Anshari Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi,
jilid 14, terj. Fathurrahman Abdul Hamid, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam,
2009), 140-141
[19] Jalaluddin
Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut
Asbabun Nuzul Jilid 2, terj. Bahrun Abubakar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2005), 474
[20] Muhammad Ali
Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir; Tafsir-tafsir Pilihan, jilid 4, terj. Yasin,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), 163
[21] Agus Haryo
Sudarmojo, Menyibak Rahasia... 186
[22] Ibid.
[23] Ibid.,87
[24] Zakir Naik, Miracles
of Al-Qur’an... 31-32
[25] Agus Purwanto,
Ayat-ayat Semesta... 174
[26]
Abu Ja’far
Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, jilid 26, terj.
Ahsan Askan, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 7
[27] Abu Abdullah
Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Anshari Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi,
jilid 20, terj. Fathurrahman Abdul Hamid, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009),
6
[28] Jalaluddin
Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir... 1243
[29] Muhammad Ali
Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir; Tafsir-tafsir Pilihan, jilid 5, terj.
Yasin, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), 615-616
[30] Agus Haryo
Sudarmojo, Menyibak Rahasia... 194
[31] Ibid.
[32] Ibid.,
194-195
[33] Ibid.,
195
[34] Ibid.
[35] Agus Purwanto,
Ayat-ayat Semesta... 174
[36]
Abu Ja’far
Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, jilid 25, terj.
Ahsan Askan, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 960
[37] Abu Abdullah
Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Anshari Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi,
jilid 19, terj. Fathurrahman Abdul Hamid, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam,
2009), 764
[38] Jalaluddin
Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir... 1236
[39] Muhammad Ali
Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir... 604-605
[40] Agus Haryo
Sudarmojo, Menyibak Rahasia... 195
[41] Bayong
Tjasyono, Ilmu Kebumian dan Antariksa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), 101
[42] Agus Haryo
Sudarmojo, Menyibak Rahasia... 189
[43] Ibid.,
189-190
[44] Q. A. International,
Visual Ilmu dan Pengetahuan Populer: Memahami Alam Semesta, (n.p: PT
Bhuana Ilmu, 2006), 27
No comments:
Post a Comment