Saturday, March 2, 2019

Eksistensi Gunung terhadap Bumi dalam Perspektif Alquran


PENDAHULUAN
Allah SWT telah menguatkan para Nabi dan Rasul-Nya dengan mukjizat-mukjizat yang menjadi bukti otoriatif dan saksi nyata atas kebenaran petunjuk dan penjelasan yang mereka bawa. Mukjizat-mukjizat yang datang sebelum mukjizat nabi Muhammad SAW, keseluruhannya berupa mukjizat fisik yang berbasis pelampauan kebiasaan manusia.[1] Sementara mukjizat nabi Muhammad SAW ialah berupa Al-Quran, yang merupakan mukjizat immaterial yang berbasis pemikiran dan retorika. Hal ini menyesuaikan perkembangan umat manusia yang mulai beranjak dari masa kebodohan dan kegelapan menuju masa aktivasi akal dan pembebasan pemikiran.[2]
Allah SWT menurunkan Al-Quran pada nabi Muhammad SAW dalam rangka menyelamatkan umat manusia dari gelap/kesesatan menuju cahaya/petunjuk, jalan yang Maha Agung lagi Maha Terpuji yang tentunya dengan izin Allah SWT. Allah yang memiliki apa saja yang ada di langit dan bumi.[3] Al-Quran sebagai sumber utama dan rujukan iman umat Islam adalah sebuah kitab yang diyakini setiap muslim sebagai wahyu ilahi. Setiap muslim meyakini bahwa segala apa yang ada di dalam Al-Quran adalah petunjuk bagi seluruh manusia.[4] Oleh karena itu, Al-Quran dipercaya akan terus berlaku sepanjang zaman, maka apa yang ada di dalamnya akan selalu relevan dengan perkembangan zaman.[5]
Al-Quran merupakan sebuah mukjizat yang luar biasa yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Kemukjizatan Al-Quran tidak hanya dari beberapa aspek di dalamnya, akan tetapi dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam Al-Quran. Salah satu daripada kemukjizatan Al-Quran yakni membenarkan tentang perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman sekarang yang telah jauh tercantum di dalam Al-Quran. Maka dari itu, Al-Quran banyak menjelaskan tentang ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang sains, baik dalam ilmu Astronomi, Fisika, Geografi, Oseanologi, Geologi, Fisiologi, dan lain-lain, yang semuanya telah tercantum dalam Al-Quran berabad-abad tahun yang lalu.
            Sains adalah pengetahuan yang sistematis yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan, penelaahan, dan percobaan yang dilakukan untuk mengetahui prinsip-prinsip alam.[6]
Dalam ilmu sains, ilmu Geologi jika dilihat dari segi maknanya, membahas tentang pembahasan yang meliputi semua cabang-cabang yang berhubungan dengan bumi, termasuk struktur batuan kulit bumi, komposisi, sejarah bumi, tata bumi, serta kehidupan yang terdapat pada lapisan bumi.[7]
Fenomena gunung termasuk dalam ilmu ini. Al-Quran banyak telah menjelaskan tentang alam semesta, salah satunya adalah gunung. Penyebutan gunung dalam Al-Quran terdapat dua perkataan Arab, yakni Jibal atau Jabal dan rawasiya, yang secara jelas menjelaskan bahwa gunung berfungsi sebagai stabilisator bumi.[8]

URGENSI GUNUNG TERHADAP BUMI
Al-Quran salah satunya banyak menjelaskan tentang alam semesta. Alam semesta merupakkan sebuah bukti kebesaran dan nikmat Allah. Karena penciptaan alam semesta sebagai bentuk adanya Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya. Salah satu isi yang dimaksud itu adalah gunung. AlQuran menyebut gunung dengan dua perkataan Bahasa arab, yaitu jibal atau jabal dan rawasiya.[9]
            Penggunaan kata jabal atau jibal dalam Al-Quran menggambarkan hanya sebuah bendanya, sedangkan rawasiya yang digunakan dalam Al-Quran adalah menggambarkan sifat atau manfaat gunung itu sendiri.
Kata jibal disebutkan dalam AlQuran sebanyak 23 kali. Sedangkan kata jabal disebutkan sebanyak 6 kali, dan kata rawasiya sebanyak 10 kali. Gunung secara kasat mata adalah sebuah gundukan tanah yang tinggi. Terciptanya gundukan tanah atau gunung itu dikarenakan adanya suatu pergerakan bumi dan tumbukan tanah serta lempengan-lempengan bawah bumi yang membentuk kerak bumi secara terus menerus dalam waktu yang lama.[10]
            Penyebutan kata gunung yang demikian banyak dalam Al-Quran tentu mengandung makna yang penting. Gunung memiliki fungsi yang sangat menentukan kelangsungan kehidupan planet Bumi. Seandainya gunung-gunung tidak diciptakan, orang-orang akan ragu apakah planet Bumi akan stabil atau bertahan di usianya yang renta, yakni 4,56 miliyar tahun.[11]
            Sejak kurang lebih 3,5 miliar tahun lalu ketika planet Bumi mulai mendingin, ia berusaha mengeluarkan gas demi menjaga tekanan dan temperatur. Bila tidak dikeluarkan secepatnya, planet ini akan meledak dengan dahsyat akibat adanya tekanan gas yang terus-menerus dari dalam jumlah besar di tubuhnya.[12]
            Keberadaan gunung-gunung yang memiliki akar yang menancap di kerak bebatuan bumi (yang bentangan kedalamannya mencapai sepuluh hingga lima belas kali lipat dari ketinggiannya di atas permukaan bumi) memperkecil suatu gerakan yang dahsyat yang terjadi pada planet Bumi. Keberadaan gunung-gunung ini meminimalisir goyangan poros putar Bumi dan menjadikannya lebih stabil dan lebih teratur dalam proses rotasinya mengelilingi porosnya, juga menjadikan goyangan dan goncangan lebih rendah.[13]
            Keberadaan gunung memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga kestabilan lapisan kerak Bumi.[14] Bahkan fungsi gunung tidak hanya menjadi stabilisator Bumi, akan tetapi masih banyak fungsi-fungsi bagi kehidupan di Bumi, yang telah diungkapkan oleh para ilmuwan-ilmuwan sains, yang telah di nyatakan dalam Al-Quran beberapa abad lalu. Sungguh Al-Quran ialah sebuah kitab yang menjadi pedoman hidup bagi manusia.
Adapun beberapa manfaat eksistensi gunung terhadap bumi adalah:
1.      Agar Bumi Tidak Guncang
Tugas gunung adalah sebagai pasak agar bumi tidak berguncang akibat tekanan gas-gas yang terbentuk di dalamnya semakin bertambah.[15] Hal ini telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
10. Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu...[16]
(Q.S. Luqman: 10)
Imam Ath-Thabari mengatakan dalam tafsirnya, maksudnya adalah Allah SWT menciptakan tujuh lapis langit tanpa tiang yang kamu melihatnya, ada juga pendapat lain yang menyatakan mungkin saja bertiang, akan tetapi kamu tidak dapat melihatnya.[17] Dan Dia meletakkan gunung-gunung di permukaan bumi, maksudnya Allah meletakkan gunung-gunung di atas permukaan bumi sebagai penguat, supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu, maksudnya tidak bergerak ke kiri ke kanan, agar kamu merasa tenang berada di bumi.
Imam Al-Qurthubi mengatakan dalam tafsirnya, Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya, berada pada posisi khafadh karena berfungsi sebagai na’at kepada amadin. Maksudnya, mungkin di sana ada tiang, akan tetapi tidak terlihat. Boleh juga taraunaha berada pada posisi nashab sebagai hal dari samawat. Maksudnya, tidak ada tiang sama sekali. Dan Dia meletakkan gunung-gunung di permukaan Bumi, maksudnya adalah gunung-gunung yang tegar. Supaya bumi itu tidak menggoyangkan, berada pada posisi nashab. Maksudnya adalah tidak ingin menggoyangkan. Sementara para ulama Kufah memperkirakan maknanya dengan supaya bumi tidak menggoyangkan...[18]
Imam Jalalain, yakni Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti mengatakan dalam tafsirnya, Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kalian melihatnya lafaz amadin adalah bentuk jamak dari lafaz imaadun, yaitu penyangga, dan memang langit itu tidak ada yang menyangganya sejak diciptakannya, dan Dia meletakkan gunung-gunung di permukaan bumi yakni gunung-gunung yang tinggi dan besar-besar supaya jangan tidak menggoyangkan tidak bergerak-gerak sehingga mengguncangkan...[19]
Muhammad Ali Ash-Shabuni mengatakan dalam tafsirnya, Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya Allah menciptakan langit yang luas dan besar serta kokoh tanpa tiang yang menjadi penopangnya. Kalian melihat langit seperti itu diam tanpa bersandar apapun dan tidak ada yang menahannya kecuali kekuasaan Allah. Dan Dia meletakkan gunung-gunung dipermukaan Bumi supaya Bumi itu tidak menggoyangkan kamu, Allah menciptakan beberapa gunung besar di Bumi agar Bumi tidak goyang dan tidak menggerakkan kalian...[20]
Gunung bertindak sebagai pasak raksasa yang akarnya dalam menghunjam. Artinya, kepala pasak yang tampak di permukaan jauh lebih pendek daripada panjang batangnya yang menghunjam perut bumi.[21]
Selama ribuan tahun, agama-agama terdahulu hanya takjub kepada ketinggian gunung. Namun, Al-Quran mementahkan kekaguman sesaat mereka. Ternyata kedalaman gunung yang mencapai 10-15 kali lipat dari ketinggiannya itulah yang lebih dahsyat.[22]
Akar gunung merupakan tempat mengalirnya magma, gas, dan produk-produk material lainnya.[23]
2.       Sebagai pasak
Ahli Geologi mengatakan bahwa jari-jari bumi sekitar 3.750 mil dan kerak tempat kita berpijak sangatlah tipis hanya berkisar 1-30 mil. Karena tipisnya kerak tempat kira berpijak, maka kemungkinan untuk bergetar sangat tinggi. Di sinilah pegunungan berperan sebagai pancang atau pasak bagi kerak bumi. Gunung memberikan stabilitas bagi daratan, tempat kita hidup.[24]
Al-Quran dengan semupurna mendiksripsikan fenomena ini dalam ayatnya:
6. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,
7. Dan gunung-gunung sebagai pasak?,[25]
(Q.S. An-Naba: 6-7)
Imam Ath-Thabari mengatakan dalam tafsirnya, maksudnya adalah sebagai hamparan serta landasan untuk berpijak, dan gunung-gunung sebagai pasak bagi bumi agar bumi  tidak bergoncang bersama kalian.[26]
Imam Al-Qurthubi mengatakan dalam tafsirnya, Bukankah Kami telah menjadikan Bumi itu sebagai hamparan, Allah SWT menunjukan kekuasaan-Nya untuk membangkitkan kepada mereka. Maksdunya, kekuasaan Kami atas mengadakan semua perkara itu lebih besar dari kekuasaan Kami menghidupkan kembali. Dan gunung-gunung sebagai pasak, maksudnya, agar bumi tenang, tidak guncang dan tidak menggoyang penghuninya.[27]
Imam Jalalain, yakni Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti mengatakan dalam tafsirnya, Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan yakni terhampar bagaikan permadani. Dan gunung-gunung sebagai pasak yang menstabilkan bumi, sebagaimana halnya kemah yang berdiri dengan mantapnya berkat patok-patok yang menyangganya. Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna taqrir atau menetapkan.[28]
Muhammad Ali Ash-Shabuni mengatakan dalam tafsirnya, Bukankah Kami telah menjadikan Bumi itu sebagai hamparan bukankah Kami telah menjadikan Bumi kalian tempati ini terhampar untuk ditempati dan memudahkan kalian bergerak ke seluruh penjurunya? Kami jadikan Bumi bagaikan tikar bagi kalian agar kalian berada di atasnya dan bisa menjadikan dataran rendahnya menjadi lahan tanaman? Dan gunung-gunung sebagai pasak dan Kami jadikan gunung bagai pasak bagi Bumi yang menetapkannya segingga tidak mengguncangkan kalian, sebagaimana rumah yang menjadi tetap dan tidak terguncang karena adanya tiang.[29]
Ayat di atas menjelaskan bahwasanya gunung itu ibaratkan pasak yang berfungsi sebagai menjaga kestabilan bumi, agar bumi itu tidak bergoncang. Ibarat kan rumah yang apabila tidak ada tiang penyangga nya, maka rumah itu akan hancur, sama halnya dengan bumi, apabila tidak ada gunung maka akan hancur lah bumi ini.
3.      Sebagai Persediaan Air
Gunung berapi sebagai persediaan air tawar bagi umat manusia. Bila berjalan-jalan ke pegunungan Alpen di Benua Eropa, akan disuguhi pemandangan alam yang terdiri atas gunung-gunung yang puncaknya selalu diselimuti es pada ketinggian sekitar 3.000 m. Ketika berjalan-jalan ke Afrika, akan dapat melihat fenomena es yang terus-menerus muncul di puncak gunung Kilimanjaro pada ketinggian 5.000 m.[30]
Penelitian sains membuktikan bahwa memang terdapat garis es abadi di planet Bumi ini. Pada ketinggian tertentu di suatu tempat. Suhu dapat mencapai di bawah 0°C yang merupakan keadaan saat air membeku menjadi es.[31] Di khatulistiwa garis es abadi tersebut mencapai rata-rata ketinggian sekitar 5 km atas permukaan laut. Ketinggiannya kemudian berkurang secara perlahan setiap kali suhu udara di sekitar lokasi gunung menurun akibat jauhnya dari garis khatulistiwa.[32]
Banyak gunung yang ketinggiannya melebihi garis es abadi di Bumi. Semakin besar perbedaan antara ketinggian gunung dan ketinggian garis abadi, semakin besar pula peluang terjadinya penumpukan es dalam jumlah yang besar. Kumpulan es abadi di atas gunung-gunung seperti ini berjasa menyuplai air untuk sungai. Suplai air ini berasal dari sebagian es yang terus-menerus mencair karena terdapat tekanan yang berlebihan dari lapisan es di atasnya.[33] Oleh karena itu, gunung dapat menjadi sumber air tawar yang tersedia terus-menerus bagi manusia.[34]
Sesuai dengan firman Allah SWT: 
27. Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar?[35]
(Al-Mursalat: 27)
Imam Ath-Thabari mengatakan dalam tafsirnya, maksudnya adalah Kami jadikan di atas bumi tersebut gunung-gunung yang kokoh, kuat, dan tinggi. Dan Kami beri minum kamu dengan air tawar, maksudnya, air segar.[36]
Imam Al-Qurthubi mengatakan dalam tafsirnya, Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, maksudnya, menjadikan gunung-gunung yang tinggi lagi kokoh di bumi. Dan Kami beri minum kamu dengan air yang tawar, maksudnya, kami jadikan untuk kalian air sebagai minuman. Al-Furaat artinya air tawar yang dapat diminum dan untuk menyirami tanaman. Maksud lain Kami ciptakan gunung dan Kami turunkan air yang tawar.[37]
Imam Jalalain, yakni Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti mengatakan dalam tafsirnya,  Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi gunung-gunung yang menjulang tinggi dan Kami beri minum kalian dengan air yang tawar yakni air yang segar dan tawar.[38]
Muhammad Ali Ash-Shabuni mengatakan dalam tafsirnya, Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, Kami jadikan di Bumi itu beberapa gunung tinggi menjulang agar Bumi tidak menggoncangkan kalian. Dan Kami beri minum kamu dengan air yang tawar, dan Kami beri kalian minum dengan air tawar yang enak. Kami menurunkannya untuk kalian dari mendung dan Kami mengeluarkannya untuk kalian dari mata air dan sungai agar kalian dan hewan kalian meminumnya. Sebagiannya lagi kalian gunakan untuk mengairi tanaman dan pohon kalian.[39]
Ayat di atas menjelaskan hubungan yang erat antara gunung yang sangat tinggi dengan air yang bermanfaat bagi manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Ternyata keduanya memang mempunyai hubungan yang sangat erat, seperti yang telah dijelaskan oleh sains modern di atas.[40]
4.       Merawat Langit
Atmosfer penting bagi kehidupan di bumi karena tanpa atmosfer, manusia, hewan, dan tumbuhan tidak dapat hidup. Atmosfer juga bertindak sebagai pelindung kehidupan di bumi dari radiasi matahari yang kuat pada siang hari. Atmosfer juga menyebabkan hambatan bagi benda yang bergerak melaluinya sehingga sebagian meteor yang melalui atmosfer akan menjadi panas dan hancur sebelum mencapai permukaan bumi.[41]
Gunung-gunung menyuplai material-material pendukung kehidupan planet Bumi untuk membentuk atmosfernya selama kurang lebih 1,5 miliar tahun agar sempurna menyambut makhluk hidup yang akan datang kemudian.[42]
Planet Bumi mempunyai atmosfer sejak kurang lebih 2,5-2,05 miliar tahun lalu, gunung-gunung mempunyai tugas untuk membentuk dan merawat atmosfer bumi. Cara gunung merawat bumi adalah dengan mengeluarkan material-materialnya, berupa gas O2 (Oksigen), CO2 (Karbon Dioksida), N2 (Nitrogen), Ne (Neon), He (Helium), H2 (Hidrogen), Xe (Xenon), Kr (Kripton), Ar (Argon), dan sebagainya. Maka dari itu, kandungan lapisan atmosfer secara keseluruhan tidak mengalami penipisan maupun pengurangan dalam jangka panjang.[43]
Atmosfer ialah lapisan yang melindungi bumi, dimana lapisan itu terdiri lagi dari beberapa lapisan.
Lapisan atmosfer terdiri dari beberapa lapisan, yaitu:
a)      Troposfer jaraknya adalah 15 km, Troposfer mengandung sebagian besar jenis gas dan air.
b)      Stratosfer jaraknya 50 km, Stratosfer mengandung lapisan ozon, yang menyerap sebagian radiasi matahari.
c)      Mesosfer jaraknya 80 km, Mesosfer merupakan lapisan udara terdingin. Semua meteor terbakar dalam lapisan ini.
d)     Ionosfer jaraknya  500 km, udara pada lapisan Ionosfer sangat tipis. Lapisan ini dapat mengubah partikel-partikel secara elektris menjadi cahaya aurora.
e)      Eksosfer jaraknya 6000 km, lapisan Eksosfer mengandung sangat sedikit molekul gas, yang melepaskan gravitasi Bumi dan menghilang ke angkasa luar.[44]

SIMPULAN
Gunung adalah sebuah gundukan tanah yang tinggi. Terciptanya gundukan tanah atau gunung itu dikarenakan adanya suatu pergerakan bumi dan tumbukan tanah serta lempengan-lempengan bawah bumi yang membentuk kerak bumi secara terus menerus dalam waktu yang lama. gunung dalam Al-Quran disebut dengan jibal atau jabal dan rawasiya.
            Penggunaan kata jabal atau jibal dalam Al-Quran menggambarkan hanya sebuah bendanya, sedangkan rawasiya yang digunakan dalam Al-Quran adalah menggambarkan sifat atau manfaat gunung itu sendiri. Kata jibal disebutkan dalam AlQuran sebanyak 23 kali. Sedangkan kata jabal disebutkan sebanyak 6 kali, dan kata rawasiya sebanyak 10 kali.
            Gunung di bumi memegang peranan yang sangat besar, selain tugasnya yang menjadi stabilisator bumi, gunung juga mempunyai peranan yang sangat penting lainnya, yaitu sebagai sumber air, dan perawat langit. Maka dari itu, dengan adanya gunung inilah bumi ini dapat stabil dalam perputarannya dan tidak membuat bumi menggoncang ke kiri dan ke kanan.


[1] Yusuf Al-Hajj Ahmad, Al-Quran Kitab Sains dan Medis, terj. Kamran As’ad Irsyadi, (Jakarta Selatan: Pustaka Grafindo Khazanah, 2006), 13
[2] Ibid.
[3] As-Sayyid Mahmud Syukri Al-Alusi, Al-Qur’an & Ilmu Astronomi, terj. Kamran As’ad Irsyadi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), 11-12
[4] Zakir Naik, Miracles of Al-Qur’an & As-Sunnah, terj. Dani Ristanto, (Solo: PT Aqwam, 2015), vii
[5] Ibid.
[6] Hamdani, Filsafat Sains, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 172-173
[7] Nuri Qomariah Maritta, Konsep Geologi Laut dalam Al-Quran dan Sains, (Skripsi Strata1: UIN Syarif Hidayatullah, 2010), 9
[8] Samsul Arifin, Gunung dalam Al-Quran, (Skripsi Strata1: UIN Sunan Kalijaga, 2015), viii  
[9] Fuad Faizi, Nailu Farh, dkk., Teologi Gunung dalam Al-Quran, (Tugas Penelitian: Kuningan Jawa Barat, 2014), 4
[10] Ibid.
[11] Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Quran, (Bandung: Penerbit Mizania, 2009), 184-185
[12] Ibid., 185
[13] Zaghlul An-Najjar, Sains dalam Hadis, (Jakarta: Amzah, 2011),  40
[14] Abdullah M. Al-Ruhaili, Al-Quran The Ultimate Truth; Menyingkap Puncak Kebenaran Kitab Suci Terakhir Melalui Penemuan-penemuan Sains Mutakhir, terj. Andi Achmad, (Jakarta Timur: Mirqat Publishing, 2008), 88
[15] Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia... 185
[16] Agus Purwanto, Ayat-ayat Semesta Sisi-sisi Al-Quran yang Terlupakan, (Bandung: Penerbit Mizan, 2008), 138-139
[17] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, jilid 20, terj. Ahsan Askan, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 740-742
[18] Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Anshari Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, jilid 14, terj. Fathurrahman Abdul Hamid, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 140-141
[19] Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2, terj. Bahrun Abubakar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), 474
[20] Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir; Tafsir-tafsir Pilihan, jilid 4, terj. Yasin, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), 163
[21] Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia... 186
[22] Ibid.
[23] Ibid.,87
[24] Zakir Naik, Miracles of Al-Qur’an... 31-32
[25] Agus Purwanto, Ayat-ayat Semesta... 174
[26] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, jilid 26, terj. Ahsan Askan, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 7
[27] Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Anshari Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, jilid 20, terj. Fathurrahman Abdul Hamid, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 6
[28] Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir... 1243
[29] Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir; Tafsir-tafsir Pilihan, jilid 5, terj. Yasin, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), 615-616
[30] Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia... 194
[31] Ibid.
[32] Ibid., 194-195
[33] Ibid., 195
[34] Ibid.
[35] Agus Purwanto, Ayat-ayat Semesta... 174
[36] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, jilid 25, terj. Ahsan Askan, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 960
[37] Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Anshari Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, jilid 19, terj. Fathurrahman Abdul Hamid, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 764
[38] Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir... 1236
[39] Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir... 604-605
[40] Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia... 195
[41] Bayong Tjasyono, Ilmu Kebumian dan Antariksa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 101
[42] Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia... 189
[43] Ibid., 189-190
[44] Q. A. International, Visual Ilmu dan Pengetahuan Populer: Memahami Alam Semesta, (n.p: PT Bhuana Ilmu, 2006), 27

No comments:

Post a Comment